"Sekarang ada apa lagi di luar sana?" semua orang dalam hati masing-masing menggemakan kalimat yang sama.
Ketegangan tengah malam antara dua kubu survivor yang sedang memperebutkan Maharani belum lagi reda. Rombongan Kenneth, Leon yang masih menyandera Rani di bawah todongan pistol, serta para lelaki tak dikenal penyabotase pompa bensin. Posisi Rani betul-betul genting. Jika sebelumnya ia yakin jika Leon hanya melakukan ini dalam rangka memancing agar mereka bisa masuk, kali ini Rani ragu jika dirinya akan selamat! Nyawanya berada di ujung tanduk. Bagaimana jika Leon secara tak sengaja menekan pelatuk yang begitu dekat dengan telunjuknya?
Keributan yang berlangsung di luar gerbang sepertinya bukan hanya zombie yang mencoba mendobrak masuk! Sesuatu mengusik gerombolan mayat hidup itu. Nyaris tanpa suara senjata api, hanya raungan dan lenguhan puluhan jasad manusia yang sedang meregang nyawa untuk kedua dan terakhir kalinya. Seseorang di luar sana telah datang sebagai penyelamat mereka! Entah berpihak pada kubu mana, yang jelas zombie-zombie itu sedang susah payah ia bersihkan.
"Astaga!" Sayangnya, perhatian Leon teralihkan. Matanya nanar menatap pintu gerbang kayu yang makin bergetar hebat, sewaktu-waktu akan bobol.
Tiba-tiba pemuda itu jatuh tak sadarkan diri. Belum sempat menekan pelatuk pistolnya, seseorang berhasil menghajar tengkuknya dari belakang!
"A-a-apaaa?" Kenneth menjerit dalam kemarahan yang terlambat dan sia-sia. Kelompok itu telah memanfaatkan situasi! Leon telah mereka buat terkapar tak sadarkan diri, lalu tubuh Maharani mereka renggut paksa darinya!
"Tidak! What are you doing? Jangan sentuh aku!" Rani yang juga berada dalam keadaan shock berusaha melawan. Akan tetapi jumlah pria itu terlalu banyak!
Kenneth tak peduli pada kondisi Leon, malah mencoba melawan dan merebut kembali Maharani, begitu pula seluruh rombongan go downtown yang bersenjata. Maharani berontak, berusaha keras untuk lepas dari tangan-tangan tak dikenal yang mulai liar mencari kesempatan dalam kesempitan.
"Lepaskan aku! Orion, di manapun kau berada, tolong aku!" Rani kelepasan menyebut nama suami rahasianya.
Kenneth sekali lagi tersentak, "Uh, apa? Mengapa lagi-lagi nama Orion yang tak ada di sini yang wanita muda ini panggil?" geramnya sambil berusaha mengayunkan pangkal senjata apinya ke arah para penawan Maharani! Beberapa orang berhasil dibuatnya jatuh tersungkur, namun yang lainnya masih menahan Rani dalam tangan-tangan kasar mereka! Asal saja mereka mencengkeram Rani tanpa peduli pada isak tangis gadis asing itu.