Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope aka Poetvocator

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Cerita Pendek Anak: Kisah Monyet dan Kera

Diperbarui: 21 Mei 2023   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Edit Pribadi

Alkisah ada dua hewan primata yang sering disangka manusia sama rupanya, akan tetapi sebenarnya sangat berbeda. Monyet memiliki ekor yang luwes dan panjang, sedangkan kera tidak. Akan tetapi keduanya sama-sama cerdas, setidaknya, hampir menyamai para manusia.

Monyet dan Kera hidup bertetangga di sebuah hutan permai yang dekat dengan sebuah desa. Monyet seringkali mengincar segala bahan makanan yang ada di desa tersebut. Kera sudah berulangkali memperingatkannya.

"Jangan malas, Nyet. Kita bersama-sama saja mencari buah di dalam hutan. Bukankah kau juga lincah berayun-ayun dan bisa mudah berpegangan di dahan-dahan dengan ekormu yang panjang itu?" Kera kerap mengatakan kelebihan Monyet.

Akan tetapi Monyet selalu mengelak. "Ah, benar. Tetapi jika ada yang mudah, mengapa harus bersusah payah melakukan yang sukar?"

"Hari ini aku mau berangkat ke hutan mencari buah-buahan segar bersama kawananku, kau mau ikut, Nyet?"

"Malas ah, repot ah, capek ah. Maaf, Ra. Aku lebih senang mencoba sesuatu yang baru, aku mau coba masuk ke desa manusia." Monyet mencari alasan.

"Apa kau yakin, Nyet? Kudengar-dengar ada kabar angin, serombongan pemburu dan pencari hewan liar datang ke desa itu untuk melakukan tugas mereka lho. Nanti kau tertangkap."

"Halah, aku 'kan bukan hewan bahan makanan manusia! Mereka takkan mengapa-apakanku! Tidak, aku punya caraku sendiri. Sudahlah, kalian Kera berangkat saja!" Monyet masih bersikeras menolak dengan penuh percaya diri.

"Baiklah, sampai jumpa, dan hati-hati, ya."

Kera berlalu, sedangkan Monyet tertawa senang. Ia membayangkan akan menemukan segala pangan manusia nan sedap-sedap. Sudah beberapa hari ini ia mencium aroma kacang-kacangan, makanan kesukaannya. Monyet pun datang sendiri saat suasana desa sedang sepi. Penduduk bertani, anak-anak bersekolah, tak ada seorangpun di sekitarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline