Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope aka Poetvocator

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Cerita Pendek Anak: Kisah Mawar dan Pletekan

Diperbarui: 14 Mei 2023   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Alkisah, tumbuhlah dua rumpun bunga berbeda pada sebuah lahan di tengah kota besar Jakarta.

Mawar merah tumbuh di atas lahan subur berkarpet rerumputan hijau subur pada sebuah taman bunga untuk umum nan indah. Sedangkan tak jauh darinya, di balik pagar, tumbuhlah tanpa disengaja serumpun Pletekan. Bunga liar berwarna ungu yang biasa tumbuh di mana-mana. Tanah di sekitarnya keras dan kurang subur dibanding yang ada di taman.

Mawar kerap kali mengejek Pletekan, "Kasihan sekali dirimu. Kau hanya bunga liar saja, lihat, tak ada pengunjung taman ini yang mengagumimu."

Pada kesempatan lainnya, Mawar kembali mempertunjukkan keberuntungannya, "Lihatlah, aku disiram dua kali sehari, diberi pupuk dan dirawat sebaik mungkin. Akulah ratu dalam taman ini. Sedangkan kau? Alangkah malang nasibmu. Memang sudah takdirmu. Yang sabar, ya."

Pletekan pada awalnya merasa sedih, rendah diri serta malu. Ia memang bukan bunga yang biasa dirawat atau dijual di toko bunga. Keluarganya tumbuh berlimpah di tepi jalan. Sering dicabut dan dibuang begitu saja, dianggap tumbuhan liar yang tak berguna.

"Huhuhu, mungkin benar, dasar aku bunga liar yang tidak cantik! Nasibku tidak sebaik Mawar." Demikian ratap Pletekan dalam hati.

Semakin mekar dan tumbuh indah, Mawar semakin hari semakin sombong. Setiap ada pengunjung taman berhenti sejenak mengaguminya, memotretnya, ia semakin berani dan buka suara memamerkan keberuntungannya kepada Pletekan.

"Lihat, lagi-lagi datang manusia penggemar yang akan memamerkan fotoku kepada siapa saja. Aku jauh lebih populer dibandingkan dirimu."

Akan tetapi Pletekan tetap bertahan dalam segala kondisi yang ada. Tak lagi ia dengar celoteh Mawar yang semakin hari semakin sombong. Hanya akan menyakitkan hati dan tak bisa membantu apa-apa.

Rumpun Pletekan kadang berkurang atau bahkan terpaksa menderita kesakitan, kehilangan dahan atau bahkan batangnya karena dicabut petugas dinas kebersihan jalan. Akan tetapi akarnya tetap ada dalam tanah, bijinya bahkan tersebar luas. Setiap tetes hujan atau cipratan air dari petugas taman yang menyiram taman turut menyebarkan biji yang meletus dan berbunyi pletek-pletek. Anak-anak kecil yang lewat kerap mengambil bijinya juga dan menjadikannya mainan, melemparkannya ke kali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline