(Bagian tiga)
Duh, nulis surcin, surat cinta? Banyak baca buku roman dan nonton kisah film, tapi gak pernah bisa nulis surcin! Aduh, pacaran aja lom pernah, malu banget! Apalagi jika harus jadian! Mana mau Jen sama diriku yang nerdy begini? Apalagi aku hanya warga kelas dua belas korban bully. Malu-maluin bener dah!
Galau melanda Vincent sepanjang sore hingga malam hari. Selain gara-gara tantangan dadakan Brandon itu, juga karena ia mendadak jadi mikirin Jenny terus. Ortunya sudah keras melarangnya untuk dekat dengan cewek apalagi berani pacaran sebelum lulus kuliah.
Tapi baru kali ini aku merasa tertantang ingin mendekati Jen. Bukan karena dia cantik atau semacamnya. Aku hanya ingin berteman dulu saja dengannya, gak usah lebih dari itu udah cukup bagiku. Aku menyukainya. Dia beda dengan cewek lain. Pokoknya aku harus jadi temannya.
Sebenarnya Vincent bisa saja mengarang surcin. Hobinya membaca mengantarkannya jadi penulis kecil-kecilan. Karya puisi dan cerpennya dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris kerap menghiasi mading sekolah. Tapi itu tanpa tujuan, apalagi mengambil hati cewek manapun.
Chat WA masuk.
"Hai! Vincent lagi ngapain? Aku sedang baca buku yang tadi kamu rekomen. Bagus, seru."
"Oh, hai juga, Jenny! Syukurlah kamu suka."
"Kamu lagi ngapain?"
Lama hening, lalu Vincent mengetik, "Lagi belajar. Kamu?"