Apa kamu masih ingin mempertahankan kemurnian dan orisinalitas dalam setiap karyamu, fiksi maupun non fiksi? Saya juga. Saya termasuk penulis tradisional dan ideal yang memilih jalan konvensional yang sukar dan penuh nyala api, namun murni dari hati. Semua kata diketikkan sendiri, sebisa mungkin dan sesempatnya.
Namun tak selamanya kita bisa mudah mengambil keputusan atau hanya mencari jawaban atas pertanyaan kita yang mungkin belum bisa dijawab oleh rekan, partner dan sebagainya. Terlanjur penasaran namun tidak tahu bagaimana mencarinya?
Di balik segala kontroversinya, kita bisa mencoba teknologi kecerdasan buatan AI ChatGPT sebagai alternatif! Bagaimana caranya?
1. Buka ChatGPT OpenAI
2. Ketikkan pertanyaan yang membuatmu penasaran setengah hidup itu dalam Bahasa Inggris secara singkat, padat dan jelas.
3. Tunggu dan bacalah jawabannya.
Tentu saja bukan bertanya ala misalnya '1 tambah 1 sama dengan berapa'. Bukan untuk menjadi joki ilmiah apalagi ghost writer bagi penulis, misalnya. Jadi, bagaimana caranya kita bisa manfaatkan kemajuan teknologi ini secara bertanggungjawab?
1. Jadikan AI sebagai partner dan teman. Teman dalam mengambil pertimbangan, keputusan, konsultasi. Jangan bergantung sepenuhnya pada jawaban apapun yang AI berikan. Hanya jadikan jawaban-jawaban yang diberikan sebagai salah satu cabang solusi, bukan keputusan akhir/final.
2. Jadikan AI sebagai salah satu dasar pemikiran atau base saja, untuk kemudian kita baca ulang, kembangkan atau edit sendiri. Jangan dijadikan andalan atau ambil langsung atau copas ala cetak puding.
3. Tidak ada teknologi yang bisa mengalahkan naturalnya gaya dan pemikiran serta akal budi seorang manusia. Seberapapun canggih dan mulus, masih ada yang namanya flaw, kekakuan atau kesalahan teknis, bahkan jawaban tidak nyambung yang masih sangat mungkin terjadi.