Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Belajar Mencintai "Musuh" di Hari Kasih Sayang

Diperbarui: 14 Februari 2023   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Pixabay

Mencintai orang yang mencintai, mengasihi orang yang mengasihi, sudah biasa. Keluarga, kekasih, pasangan, sahabat. Bagaimana caranya kita bisa mencintai musuh?

Rasanya mustahil, bukan? Musuh adalah lawan, rival, orang yang tidak berada di pihak kita. Barangkali musuh kita bukan orang jahat seperti villain atau pemeran antagonis di film superhero dan fiksi-fiksi.  Bukan orang galak, kasar, bengis, jahat dan lain sebagainya. Malah kadang bukan pembuli atau hater.

Musuh kita sebenarnya banyak sekali jenis ragamnya; orang yang tidak kita kenal namun entah mengapa tidak suka kepada kita. Tidak bisa sehati dengan kita. Selalu menentang dan menantang semua kata kita. Tidak ada satupun hal dari kita dianggapnya positif. Semua yang kita lakukan dianggap salah, gabut, tidak menarik. Semua status dan komentar kita didebat. Jika kita mengalami kemalangan, dia malah bersyukur.

"Ah, dia 'kan cuma cari muka!", " Ah, dia 'kan pura-pura." ,  "Ah, dia 'kan playing victim.", " Ah, dia 'kan mau seenaknya sendiri".

"Rasain, dia kena karma!" Dan lain sebagainya.

Yang paling susah adalah mengasihi tipe orang-orang seperti ini. Apa yang harus kita lakukan?

1.  Menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kita tidak mampu mengubah hati manusia. Akan tetapi Sang Pencipta Manusia bisa! Tidak perlu bersusah payah meyakinkan mereka. Biarkan mereka kelak sadar sendiri.

2. Dalam Kitab Suci Nasrani Matius 5 : 33-34 dijelaskan bagaimana kita harus mengasihi musuh. Sukar! Akan tetapi benar adanya, kita tidak akan pernah dapat mengalahkan yang jahat dengan yang jahat. Kita usahakan dan berkata serta berbuat yang baik-baik saja. Tak apa-apa jika belum atau tak ada hasilnya. Niscaya suatu hari hati mereka akan terbuka. Maafkan saja mereka, minta maaf, jadilah kesatria meskipun merasa tidak bersalah dan permintaan maaf tidak langsung diterima.

3. Tetaplah terang, walau sekeliling kita gelap gulita. Jangan ikut-ikutan arus massal sebagai bentuk pembenaran kolektif. Meskipun mungkin cahaya lilin kecil tidak bisa langsung mengalahkan pekat malam bagai lampu sorot, percayalah fajar akan segera menyingsing.

Selamat Hari Kasih Sayang. Semoga kita semua bisa hidup saling mengasihi dan berkarya dalam damai, amin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline