Apa yang harus kulakukan? Orion sebenarnya sudah sangat enggan mencoba melayani keinginan pribadi wanita cantik yang berstatus istrinya itu. Rose takkan pernah bisa ia cintai karena mereka menikah tanpa perasaan apa-apa. Walau tak bisa ia pungkiri, sebagai pria muda yang sedang dalam kondisi puncaknya ia begitu ingin meluruhkan gairah.
Apalagi sejak tadi siang setelah beberapa kali dirasakannya sesuatu dari Maharani. Gadis Evernesia yang masih sangat naif, namun jauh berbeda dengan yang kini berada di hadapannya, hanya terselubung busa-busa putih.
"Orion, kau tahu, aku istrimu dan aku berhak sepenuhnya atas dirimu. Kau tak bisa kemana-mana lagi karena aku memilikimu. Kau harus senang karena bersamaku kau akan bahagia lahir batin. Di sini aku memiliki segalanya. Yang kau butuhkan semua sudah ada di sini, kau tak perlu mencari ke mana-mana atau kepada siapa-siapa lagi, bukan?" Lady Rose dengan gestur manja sedikit menegakkan diri hingga setengah bagian atasnya terekspos.
Orion tak bisa memungkiri betapa ia suka pada pemandangan itu, benar-benar membuat dirinya turut merasakan sesuatu yang mendesak.
Astaga, aku tak ingin begini. Apa yang harus kulakukan? Orion mencoba menutup mata.
"Oh my God. Aku sangat suka pada kedua matamu yang sedikit sipit dengan bulu mata lentik dan alis tebal menawan itu. Orion, are you a kind of Greek God or someone like that?"
Tanpa bisa pemuda tampan itu cegah, Rose dari dalam bath tub perlahan-lahan mendekat.
"Wow. Aku tahu kau takkan mengecewakanku. Aku juga berpengalaman, jadi kau tak perlu ragu."
Rose tak hanya ingin menimangnya, melainkan segera menikmatinya. Bertahun-tahun yang lalu ia sudah sering melakukan ini dengan ayah Leon dan Grace. Kali ini semua terasa begitu baru, begitu segar, berbeda, dan jauh lebih manis!
Tak ada yang Orion dapat lakukan. Ia hanya bisa meminta maaf dalam hati kepada seseorang di sana.