Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope aka Poetvocator

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Miris, Kasus Pelecehan Seksual terhadap Anak-anak oleh Ibu Muda di Penyewaan PlayStation! Bagaimana Menyikapinya?

Diperbarui: 9 Februari 2023   11:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Pixabay

Sedang ramai berita mengenai terjadinya pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur yang dilakukan seorang wanita muda cantik berusia 20-an tahun. Ironisnya, wanita ini sudah berkeluarga dan memiliki anak batita. Memiliki kelainan seksual, wanita tersebut memanfaatkan bocah-bocah yang datang ke rumah yang ia jadikan tempat penyewaan permainan game TV Playstation. Kemudian ia menggiring para korban untuk memuaskan aneka fantasi seksualnya. Korban terdiri atas anak-anak berusia 8 hingga belasan tahun, anak laki-laki dan perempuan. Diduga memiliki kelainan seksual pedofilia dan eksibionis, wanita muda bersangkutan kini telah ditahan pihak kepolisian. Perbuatan yang ia lakukan juga telah menimbulkan trauma bagi para korbannya.

Sungguh miris. Ternyata bukan hanya pria saja yang selama ini dianggap sebagai gender yang dominan dalam melakukan pelecehan seksual. Seorang ibu muda yang diduga kecanduan video porno ternyata tega memanfaatkan anak-anak yang tidak berdosa untuk melakukan tindakan-tindakan gila yang bisa memuaskan dirinya tersebut.

Apa saja kira-kira yang bisa menyebabkan seorang wanita dan ibu sedemikian 'berubah' dari kodratnya yang lemah lembut dan tentunya seyogyanya memelihara dan melindungi (anak-anak)? Ini beberapa opini berdasarkan pengalaman nyata beberapa kenalan dan juga analisis pribadi atas beberapa kasus serupa.

1. Pengaruh dari apa yang dinikmati selama ini sebagai hiburan. Barangkali wanita tersebut sudah dari dahulu/muda terpapar dengan hiburan dewasa (sebelum waktunya) sehingga memiliki pola pikir yang terlalu matang sebelum waktunya.

2. Lemah dan lalainya pengawasan orang tua dan keluarga (sebelum ia dewasa dan mandiri). Wanita sebenarnya sama saja dengan pria, memiliki ketertarikan pada seks dan lawan jenis (atau bisa juga sesamanya). Kadang, keluarga Indonesia yang menganut paham religius ketimuran dan masih menganggap seks sebagai hal tabu malah membuat seorang wanita memberontak dan mencari tahu dengan caranya sendiri.

3. Ketidakacuhan lingkungan dan teman-teman kepada pribadi si wanita sehingga ia mencari pelariannya sendiri dan meneruskan apa yang membuatnya puas, merasa enjoy dan fun.

Bagaimana agar kita atau anak-anak kita bisa menarik pelajaran dari kasus memilukan tersebut agar tidak terulang kembali?

1. Kita pada dasarnya bebas memilih hiburan yang disukai sebagai pengisi waktu luang, namun alangkah baiknya jika kita tidak terjerumus pada segala konten negatif dan sensitif (foto, video, komik, novel) yang hanya menghibur namun tidak bisa mencerdaskan. Pornografi, pornoaksi, pornlit dan lain sebagainya.

2. Ajar anak-anak untuk berani berkata tidak dan melaporkan siapa saja yang berani menyentuh tubuh, memegang secara tidak layak pada wajah, tangan dan area-area pribadi, berani bicara jika terjadi hal-hal yang tidak disukai. Berani bicara bukan berarti jadi pengadu dan cengeng, melainkan demi kebaikan pribadi sekaligus usaha membentengi diri.

3. Beri anak-anak kita pendidikan seksual yang sesuai dengan usia mereka, janganlah bersikap over konservatif (terlalu tabu dan tertutup), sebab cepat atau lambat mereka bisa mencari tahu sendiri, dan jalannya mungkin tidak selalu benar juga (lewat fiksi-fiksi sedemikian dan lain sebagainya).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline