Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope aka Poetvocator

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 1)

Diperbarui: 21 Februari 2023   13:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pribadi

"Apa? Sebuah panggilan interview calon guru privat di sebuah kastil tua di kaki bukit sepi, jauh di luar kota Everlondon? Astaga. Kelihatannya sebuah tempat yang sangat menarik! Bagaimana ini?"

Membaca surat penawaran itu, Maharani Cempaka, 24 tahun, menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Sudah sebulan lamanya ia berjuang habis-habisan mengelilingi pelosok kota Everlondon demi mencari pekerjaan baru setelah jauh-jauh berimigrasi dari negeri tropis eksotis Evernesia yang hangat di tengah garis khatulistiwa. 

Semua lamaran di surat kabar ia coba, begitu pula iklan-iklan baris di situs-situs internet. Sebagai seorang guru muda yang baru lulus dari perguruan tinggi, belum berpengalaman, ia tak punya banyak pilihan. 

Mengajar Bahasa Evernesia adalah kesukaannya sejak dulu. Pada waktu senggang ia banyak menulis artikel dan kisah novel online. Tak lagi ingin merepotkan keluarga besarnya di Evernesia, Maharani yang sudah yatim piatu sejak kecil segera berangkat atas biaya sendiri, hasil tabungannya dari bekerja serabutan selama bertahun-tahun.

"Baiklah, aku akan mencoba dengan sebaik mungkin! Here I come, Chestertown. Bye for now."

Meninggalkan kamar sewaan murahnya yang cenderung kecil di Everlondon, Maharani mantap menaiki bus antar kota sepi yang akan mengantarkannya ke Chestertown, sebuah kota kecil sunyi di kaki bukit.

Hanya membawa dua koper kecil berisi pakaian dan keperluan sehari-hari, Maharani diturunkan di depan sebuah gerbang besi tinggi ganda ala abad pertengahan. Salju belum lagi turun pada awal bulan Oktober, namun cuaca siang hari itu sangat dingin. Mantel tebal, topi rajut dan sarung tangan tebal Maharani nyaris tak mampu melindunginya dari udara dingin yang menusuk tulang.

Dibunyikannya bel elektronik di pagar itu dan menunggu. Lama tak ada jawaban, Rani mencoba melihat-lihat sebentuk bangunan besar panjang dan mewah yang terletak jauh di dalam kompleks.

"Kelihatannya megah. Apa itu puri atau kastil tua seperti dalam kalender-kalender?" Rani mencoba melihat sekitar halaman yang kiri kanannya tertutup pagar hidup tinggi hijau dan rimbun.

"Good afternoon, Ms. Maharani Cempaka. Welcome to The Delucas Residence. Please come in, wait a moment, we'll open the gate for you."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline