Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope aka Poetvocator

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Lindungi Anak dari Pornliterasi, Cegah sebelum Terlanjur Terjadi!

Diperbarui: 6 Januari 2023   16:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Pixabay

Beberapa hari silam saya pernah menerbitkan sebuah artikel tentang gawat darurat literasi online Indonesia masa kini. Sebagai orang tua, kepada sesama orang tua murid, wali kelas dan tenaga pendidik anak-anak di bawah usia, rindu saya peringatkan sekali lagi mengenai bahaya laten pornliterasi.

Apa yang dimaksud dengan pornliterasi atau pornlit?

Selama ini yang dikenal dan dihindari orang tua dan diperingatkan pihak tenaga pendidik agar anak-anak dan siswa tidak terpapar hanyalah konten belum ramah anak seperti video, foto, aplikasi game dan komik serta visual 'terlalu dewasa' lainnya. 

Padahal pornliterasi sebenarnya ibarat musuh dalam selimut yang mengintai setiap saat. Pornlit adalah konten berupa tulisan (cerpen, novel, literatur pada umumnya) yang bukan hanya berisi kisah cinta atau seks untuk dewasa saja, namun berisi kata-kata yang sangat sensitif, kurang layak, kurang elok bahkan bisa dibilang sangat kasar atau kotor dalam rangka menimbulkan gairah seksual. Belum lagi cuplikan dengan kata-kata 'ah, ih, uh' dan sebagainya (yang sudah jadi rahasia umum kisahnya tentang apa).

Sayangnya, pornlit sangat mudah dan bisa gratis ditemukan di internet. Jika kita sering membuka media sosial seperti Facebook, iklan dari berbagai platform novel online (saya tidak menyebutkan dalam rangka menjaga netiket dan tidak ingin mempromosikan merek tertentu) mengandung gambar dan ilustrasi yang clickbait dengan judul novel yang memancing gairah.

Bahkan dalam jeda permainan-permainan game online demi mendapatkan entah bonus atau berlian atau item, berseliweran iklan-iklan sejenis yang harus ditonton selama 15 hingga 30 detik. Bayangkan, wajah perempuan setengah berbusana yang tampak merah jengah dan lelaki yang menatapnya secara tak mengenakkan. Kadang 'hanya' ilustrasi saja, kadang berupa foto.

Jika bagi kita orang dewasa kadang iklan dengan kata-kata pemancing demikian akan dianggap lucu atau kocak, sebaliknya bagi anak-anak yang masih di bawah umur bukan tidak mungkin akan terpancing rasa ingin tahu dengan yang sedemikian. Jika kita klik, akan diarahkan pada penginstalan aplikasi atau pendaftaran.

Walaupun aplikasi membaca online ada yang berbayar atau berkunci (dengan sistem pembelian koin atau top up yang sebenarnya tidak bisa dibilang murah) tetapi justru ada beberapa yang gratisan, bisa dengan mudah diakses atau buka bab hanya dengan menonton iklan.

Waspadailah dan mulailah ambil tindakan bijaksana jika anak-anak sering:

1. Ditinggal bekerja dan memiliki akses bebas ke internet dalam waktu lama tanpa pengawasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline