Banyak pengguna medsos suka membanggakan diri dan tampil wah plus bicara hebat, tanpa tahu sebenarnya ia sudah menjadi sombong.
Antara bangga dan sombong sebenarnya beti, beda-beda tipis. Banyak orang bangga di media sosial karena pasangan cantik atau tampan, pekerjaan mapan, dapat sekian penghasilan, pokoknya mau tampak hebat, berhasil dan diberkati.
Bangga dan sombong pada dasarnya 'berbagi' kata Bahasa Inggris yang sama, proud. Tapi sombong juga 'punya' Bahasa Inggris lain, cocky. Bahkan ada satu lagi yang lebih konotatif yaitu arrogant. Ya, Bahasa Indonesianya adalah arogan, alias over bangga besar kepala, merasa heads in the cloud alias kepala di atas awan, paling benar dan cenderung suka main atur karena 'merasa di atas angin'.
Nah, apakah rasa bangga kita bukan hanya sekadar proud namun secara tak sadar sudah berubah menjadi cocky bahkan arrogant?
Jangan kita jadi bangga atau bahkan menjurus sombong hanya karena uang dan tampang!
Pernah saya kenal seorang oknum penulis di dunia maya yang luar biasa bangga karena penghasilan dari menulisnya luar biasa. Konon hingga puluhan juta Rupiah.
Foto profilnya cowok ganteng yang mengaku masih jomlo. Ramailah mak-mak berdaster lebar mengikutinya, ingin tahu rahasia suksesnya, ingin kebagian dan kecipratan tebar uangnya.
Padahal dari beberapa sumber yang bisa mengetahui data pribadinya (dunia maya penuh tipu-tipu, walau ditutupi rapi pasti akan ketahuan juga) sesungguhnya penulis ini bukan laki-laki tulen, melainkan seorang wanita. Bahkan pendapatannya yang fantastis itu sebenarnya gara-gara menulis 'panas'. Bukan masalah incognito dan 'panas'-nya serta pamer penghasilan yang dipermasalahkan, melainkan...
"Apa 'sih sebenarnya yang patut dibanggakan?"
Jika saya jadi dia, sesungguhnya kebalikan dari bangga, saya justru akan merasa malu. Wajah di medsos bukan wajah sendiri (hasil comot yang diaku-akui), jumlah pendapatan bisa diedit dan diketikkan kapan saja sesuka hati, apalagi pencapaian literasi via 'jalan demikian'.