Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Renungan Akhir Tahun 2022: Menulis Bukan Demi Cuan Belaka, Abadikan Kata-kata Terbaik Kita!

Diperbarui: 30 Desember 2022   15:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Pexels

"Demi apa kita menulis?"

Jawaban setiap kita bisa berbeda. Inilah jawabanku.

Aku menulis demi berkomunikasi. Karena aku jarang bicara (lisan), caraku berhubungan dengan dunia adalah dengan tulisan.

Aku menulis demi mengabadikan kata. Mengapa? Agar kelak jika aku tiada, setidaknya apa yang kukatakan bisa dikenang dan diingat oleh siapa saja yang membacanya.

Bukan hanya untuk anak-anak dan keluargaku saja. Aku sadar, jika kita kelak tiada, tulisan kita akan tetap ada di dunia ini.

Buku, 'jejak tinta' apa saja, real maupun digital, akan ada selamanya. Tak peduli kemudian dihapus atau tak disebarkan kemana-mana, satu benak telah merekamnya.

Semua yang telah tertera pasti terlebih dahulu dibaca penulisnya. Jadi, paling tidak sudah ada yang membaca. Sang penulis.

Karena tulisan ibarat ludah yang sudah dilepehkan tak dapat dijilat kembali, tak ada jaminan jika tak ada yang tak bisa menemukan dan membacanya. Tak peduli jika dikunci dengan koin dan harus dibayar mahal untuk membukanya.

Karena itulah, selalu kuanjurkan agar kita menulis sebaik mungkin, sama seperti kita bicara sebaik mungkin. Jika bicara yang hanya sekali ucap lalu terbawa angin saja (kecuali direkam) harus hati-hati berkata-kata, apa lagi menulis?

Kata-kata adalah doa, kata-kata bukan hanya bisa menghasilkan uang, namun juga bisa menghasilkan entah sesuatu yang positif maupun negatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline