Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope aka Poetvocator

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Ketika Surat Izin Sakit Bisa via Online!

Diperbarui: 28 Desember 2022   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi surat via The Guardian

Beberapa waktu lalu heboh soal surat (izin) sakit (surat yang menyatakan tidak dapat masuk kerja/sekolah karena sedang kurang sehat) bisa diperoleh secara online, cukup hanya isi data dan jadi dalam 15 menit! Diiklankan di media dalam ruang kereta api komuter, banyak pembaca iklan yang kemudian protes kepada PT. KAI karena pada dasarnya kurang setuju pada (konsep) iklan tersebut.

Megapolitan.kompas.com via Twitter

Dinilai sebagai konsep yang kurang tepat dalam hal etika kedokteran dan dunia kerja, pengiklanan bisnis/usaha online 'inovatif' tersebut sangat disayangkan.

Barangkali ide awal atau inspirasi membuat konsep surat izin online itu datang dari ketidakmampuan dan ketidaksempatan kita untuk pergi ke dokter atau klinik 24 jam dan sebagainya karena, ya, sakit.

Karena Pandemi Covid-19 masih ada, usaha/bisnis online dan ide-ide masih terus berjalan (walau banyak startup bangkrut/tutup karena sudah kurang prospektif dan merugi), masih banyak yang menginginkan agar tatap muka zaman normal seperti sebelum pandemi Covid-19 dikurangi dulu. Barangkali dengan tidak datang langsung ke dokter, dengan sendirinya bisa terhindar dari yang sakit atau kontak dekat dengan sesama pasien.

Sebenarnya, ide brilian. Akan tetapi jika dibayangkan lebih lanjut, apakah masih akan tetap berkilau?

Pertama, seperti kata para netizen yang kontra. Seharusnya pemeriksaan pasien dan dokter walau sudah bisa via aplikasi atau video call, tetap saja minus kontak langsung. Bukan masalah tak bisa berkomunikasinya, melainkan kontak ini yang sebenarnya jadi tujuan pasien memeriksakan diri. Jika tidak bertemu dokter, bukan hanya rasa kurang sreg, melainkan ada yang kurang.

Dokter bisa jadi kurang bisa tahu hal-hal dasar untuk melakukan analisis dan diagnosis karena tidak bisa memeriksa suhu tubuh, misalnya. Agak ganjil jika pasien disuruh mengecek temperatur sendiri. Apalagi tekanan darah. Mungkin tidak semua pasien memiliki alat pengecekan pribadi.

Hanya via mata dan lidah saja sebagai alat komunikasi, penulis rasa tak cukup bisa memenuhi 'syarat' analisis dan diagnosis kesehatan, apalagi etika kedokteran yang benar.

Lebih dari itu, betapa rentan dipermasalahkan keabsahan dan tujuan pembuatan sepucuk surat sakit yang sejatinya harus offline alias langsung di depan pasien oleh seorang tenaga medis yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline