Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Punya Rumah Sendiri, Haruskah bagi Pengantin Baru atau Suami Istri?

Diperbarui: 6 Desember 2022   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Behance

Belum lama heboh di Tiktok sebuah postingan antara dua mantan calon pengantin baru yang batal nikah. Konon gara-gara calon pengantin wanita beberapa hari sebelum Hari H minta mahar sertifikat rumah (menurut versi pria). Si pria yang sangat terkejut dan tidak siap lalu membatalkan. Si wanita konon tidak termasuk tipe wanita materialistis atau silau harta, kok bisa dadakan begitu?

Timbul pro kontra di antara warganet, apakah pihak si wanita sebegitu perlunya minta rumah segala? Menurut versi wanita, permintaannya tersebut adalah hal yang wajar, toh sementara berhubungan asmara ini tak pernah minta apa-apa yang memberatkan si pria. Jajan di pinggir jalan saja oke-oke saja. Malah ia balik mengungkap walau batal nikah, si pria jadi menikah dengan wanita lain yang dipilihkan keluarga.

Terlepas dari versi mana yang benar, yang ingin dibahas di sini adalah keberadaan rumah setelah menikah.

Rumah. Seberapa perlukah sepasang pengantin baru atau suami istri/keluarga kecil memiliki hunian sendiri?

Barangkali memang memiliki hunian terpisah dari orang tua dan mertua selama ini dianggap akan hidup lebih bebas, nyaman dan enak.  Selain membantu mengasah kemandirian, juga tidak membuat risih jika sedang ada masalah dengan pasangan (misalnya enggan pada campur tangan mertua karena ingin mengatasi semua hal sendiri).

Selain itu tentu saja ada yang berpendapat, sebuah rumah hak milik adalah investasi yang harus dimiliki semua keluarga kecil.

Benar, barangkali lebih baik coba hidup terpisah dengan orang tua atau mertua. Akan tetapi patut dipertimbangkan,

1. Dana yang tersedia. Tidak semua pengantin baru bahkan keluarga mampu untuk mengontrak apalagi membeli rumah. Patutlah mempertimbangkan dari segi finansial segala sesuatunya. Jika beli tunai, apakah sudah cukup? Jika mencicil, apakah akan sanggup melakukan hingga selesai?

2. Siapa yang kelak bisa dimintai bantuan untuk menunggui rumah dan menjaganya apabila kelak lahir anak-anak dalam keluarga? Apakah cukup percaya dengan perawat atau baby sitter saja, apakah ingin orang tua atau mertua ikut merawat?

3. Seandainya kedua pasutri bekerja. Apakah sanggup mengurus rumah sendiri tanpa adanya bantuan anggota keluarga?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline