Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Rahasia yang Membuat Tulisan Kita Berisi dan Bermakna Ala Diri Sendiri!

Diperbarui: 6 Desember 2022   05:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Freepik.com

Tulisan apa saja, fiksi-non fiksi, bisa asal tulis dan tetap laris dibaca walau tanpa makna. Mengapa? Karena isinya 'dibutuhkan' atau terlanjur buat penasaran. Namun perlu diketahui, belum tentu tulisan yang laris dibaca/dilanggani itu berarti sudah 'layak baca' alias bermakna. Misalnya saja kisah-kisah fiksi ala televisi alias 'opera sabun masa kini' yang sudah berulang hingga kita mampu menebak isi dan jalan cerita serta ending-nya. Jika tidak kena azab, ada tokoh menderita, ya pasti akan menyesal. Memang ada maknanya, namun 'ya begitulah' rasanya semua orang sudah tahu walau belum menonton/membacanya. Itulah sebabnya kebanyakan penonton/pembaca bijak lebih selektif dalam menikmati.

Tulisan kita akan jauh berisi dan bermakna jika...

1. Didasari ide sendiri. Inspirasi bisa dari mana saja, alamkah, pengalamankah, bahkan kisah karya penulis lain. Akan tetapi ide kita tetap adalah produk asli yang hanya kita yang mengetahui isinya. Ibarat resep nasi goreng, semua orang tahu isinya nasi yang digoreng dengan minyak atau margarin, akan tetapi komposisi bahan-bahan lainnya hanya kita yang tahu.

2. Diberi ciri khas kita sendiri. Setelah nasi goreng tulisan atau kisah kita jadi, berilah garnish atau pelengkap yang kita banget. Misalnya ciri khas saya, sedikit menyindir/menohok halus pembaca walau awalnya dipuji-puji setinggi langit dulu (non fiksi) atau mungkin ada tokoh yang tak terduga melakukan hal tak terduga juga alias plot twist (fiksi). Tentu saja harus masuk akal sehat, nikmat dibaca, pakai logika. Bahkan fiksi sekalipun. Janganlah terlalu bombastis atau ngarang bebas bablas meskipun genre fiksi fantasi. Hal itu hanya akan menunjukkan ketidaktahuan/ketidakpedulian penulis akan banyak hal.

3. Disisipi sekadar pesan moral atau amanat yang kita alami/jadikan panduan hidup. Bukan hanya semacam 'jodoh yang baik itu yang begini, begitu, bla bla bla, maka carilah dan temukanlah sendiri olehmu' saja, melainkan pesan moral yang bisa direnungkan dan dilakukan pembaca dalam hidup.

Semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline