Banyak penulis berpikir jika view dan klik tulisan fiksi atau non fiksi ditentukan oleh foto, ilustrasi, judul, atau apa saja yang clickbait. Padahal walau sudah diberi foto seksi, caption menarik, jika isinya zonk, maka pembaca bisa saja lain kali ogah balik baca. Apalagi jika penulisannya berantakan.
Itulah beberapa penentu mengapa ada tulisan yang sepertinya panas menggoda dan menarik, tapi kok belakangan sepi.
1. Tidak sesuai 'janji'. Misalnya fiksi yang sepertinya laris dibaca dan recommended banget, bombastis, dipromosikan besar-besaran oleh platform dan editor namun isinya sama saja seperti yang sudah sering ditulis penulis di sebelah. Jadi kemungkinan pada awalnya saja ramai, belakangan ya begitulah.
2. Tidak menggunakan tata bahasa yang baik dan benar. Sebagian besar pembaca awam mungkin tak peduli, namun pembaca yang kritis sangat mementingkan kerapian tanda baca dan ejaan.
3. Tidak atau lupa menggunakan hashtag atau kata kunci yang banyak dicari di Google. Melewatkan kesempatan memasukkan tag sangat disayangkan. Banyak calon pembaca mencari di mesin pencari lewat tag atau kata yang sering digunakan, maka manfaatkanlah kolom yang ada dengan baik.
Jika ingin tulisan kita terus berhasil mendulang klik dan view serta kunjungan berkala dari pembaca setia, hoki saja belum cukup. Hendaklah kita lebih peduli pada semua poin yang dituliskan di atas. Jika ragu, bisa segera mengecek di Google atau bertanya kepada sesama penulis. Malu bertanya, sesat di jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H