Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope aka Poetvocator

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Sejuta Makna di Balik Sebuah Tawa

Diperbarui: 23 November 2022   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Pixabay

Terjadi lagi, dua artis komedian dilaporkan ke polisi gara-gara menertawakan konten Tiktok viral berbau SARA, singkatan yang kepanjangannya dipelesetkan. Belum lama terjadi, seorang petinggi dalam rapat negara menertawakan aksi sesama yang masuk ke kolong meja pada saat Gempa Cianjur terjadi. Aksi dadakan yang seharusnya dilakukan sebagai prosedur saat terjadi bencana dianggapnya menghebohkan.

Tawa. Seharusnya tawa terjadi entah karena sesuatu yang lucu atau ada hal santai yang membuat gembira. Akan tetapi, tawa dalam dua contoh kasus di atas sama sekali bukan karena hal berbau komedi.

Para artis di atas 'dituding' ikut tertawa karena setuju pada konten yang dibuat. Sedangkan si petinggi berdalih tertawa karena merasa apa yang dilakukan dadakan dan tak diikuti oleh yang lain. Sesuatu yang seharusnya 'benar'/wajar dilakukan malah jadi terlihat konyol. Baru belakangan beliau membantah, "Tindakan Ibu benar, kami yang bodoh karena tidak tahu."

Tawa di media sosial juga adalah emotikon/emoji/ smiley baik dalam bentuk tawa biasa atau berurai air mata, atau chat sederhana ala Indonesia 'wkwkwk' atau 'wakaka' juga LOL , ROFL dan semacamnya juga kerap kali bukan karena ada hal yang lucu. Kadang malah karena geli atau merasa konyol atas pernyataan seseorang.

Begitu pula dengan tawa Joker si Villain calon musuh bebuyutan Batman dalam film epik Joker yang dibintangi Joaquin Phoenix (2019). Tawanya sungguh mengerikan, bukan? Dan bukan karena lucu. Tawa yang penuh dengan kengerian dan ironi.

Penulis rasa, kita yang memiliki media sosial pasti tahu, tidak baik untuk menertawakan konten atau status yang tidak lucu atau serius. Meski kita tidak setuju atau sependapat, emotikon atau smiley tertawa maupun 'wkwkwk' bukanlah cara elok untuk menunjukkannya.

Penulis rasa, kita perlu sangat berhati-hati untuk tertawa di zaman sekarang, tertawa bisa jadi hal terlarang. Ada sejuta makna di balik tawa, kita belum tentu tertawa karena senang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline