Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Menulis, Bebas yang Sesungguhnya Terbatas!

Diperbarui: 16 November 2022   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Pixabay

Masih rindu untuk saya bahas mengapa menulis itu pada hakikatnya bebas, namun sebenarnya terbatas.

Banyak penulis beranggapan atau menulis status seperti ini di media sosial,

"Menulis itu bebas, suka-sukanya kita aja. Dunia udah susah, udah sulit, jangan dibuat lebih rumit lagi!"

"Menulis sesuai imajinasi dan halusinasiku aja, mau baca mau enggak ya terserah!"

"Menulis ya nulis aja, gak usah dipusingkan, yang penting jadi duit!"

Setujukah Anda dengan semua pendapat di atas?

Menurut opini saya, menulis adalah metode komunikasi yang unik. Sering saya bahas jika menulis itu 'abadi' entah dalam bentuk tinta maupun dalam bentuk digital. Walaupun bisa saja dihapus, tapi sudah tersuratkan, sudah pernah tertera dan abadi dalam benak penulis. Apalagi yang kemudian diluncurkan ke publik. Akan menjadi komunikasi dua arah atau dialog antara Anda dan pembaca yang mungkin tidak Anda kenal secara pribadi.

Tulisan hanya satu arah? Bisa, kok. Jika tidak mau tulisan kita dibaca orang, tuliskan saja dalam diari terkunci, lalu jangan lupa disimpan baik-baik. Atau selesai ditulis, robek-robek dan buang ke dalam api. Kita-kira intinya begitu.

Karena tulisan adalah komunikasi dua arah, kita hendaknya lebih peduli pada apa yang kita tuliskan.

1. Tulisan kita bisa berdampak besar, bukan hanya hiburan belaka walaupun hanya fiksi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline