Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Pembaca Perlu Tahu: "Fakta-fakta Miris" Fiksi Instan Zaman Now!

Diperbarui: 15 November 2022   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi via Pixabay

Kata penulisnya, fiksi 'mah bebas-bebas saja, apa saja boleh ditulis, apalagi hanya fiksi fantasi. Benarkah itu?

Lucunya, tetap ada 'fakta-fakta' tersembunyi di balik fiksi-fiksi instan zaman now. Tentunya bukan fakta yang berarti kejadian nyata, melainkan 'kenyataan' yang kemudian diamini/diyakini pembaca namun sayangnya tak seindah yang diterakan. Apa saja misalnya?

1. Sering sekali dikisahkan jika seorang CEO (Chief Executive Officer) itu pasti pria hebat, muda, tampan, atletis, tipe ideal sekali dan tentunya pemikat wanita banget. Saya ambil contoh pria karena saya wanita, tentunya berlaku bagi CEO wanita juga ya. Cantik, seksi, alpha female banget gitu lho.

Mungkin karena pengaruh drama Korea ataupun novel-novel online luar negeri, maka terbentuk pemahaman kolektif atau kepercayaan seperti ini.

Jadilah CEO sebagai figur idaman, hebat, dicita-citakan pria, dikagumi wanita.

Cek fakta: kebanyakan CEO dunia nyata sesungguhnya tak sehebat yang dikisahkan. Selain banyak yang sudah berumur, tentu saja tak semua bertipe ideal luar biasa. Malah yang suka tampil humble bin sederhana lebih banyak daripada yang seperti dikisahkan secara bombastis.

2. Judul-judul nan memancing clickbait sepertinya hebat sekali, apalagi yang cover bukunya bergambar pasangan berbodi dan berbusana seksi, isinya pasti bagus juga.

Cek fakta: Most people now judge a book by its cover, but belum tentu apa yang disajikan 'bagus' di luar ternyata di dalamnya juga bermutu dan layak baca. Selain isinya mirip-mirip semua, kebanyakan yang clickbait tujuannya ya untuk itu, mendapatkan lebih banyak cuan belaka.

3. Kebanyakan penulis mendeskripsikan kisahnya sebagai 'kisah nyata' demi memikat calon pembaca yang merasa kisah hidupnya senasib. Entah wanita tertindas, pria yang berselingkuh. Label kisah nyata yang diselipkan pasti memikat calon pembaca.

Cek fakta: fiksi kebanyakan sudah ditambahi bumbu-bumbu dan tentu saja sudah tidak sejujur kenyataan. Tentu saja tidak dibenarkan mengglorifikasi kekerasan, misalnya. Atau ada (maaf) perudapaksa/ pelaku kekerasan seksual yang bertobat kemudian dengan begitu mudahnya diterima oleh korban yang memaafkan, jatuh cinta dengannya lalu sat set sat set, happy ending.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline