Banyak penulis femes atau sudah terkenal di aplikasi baca/novel online merasa malas membaca. Berbagai alasan mereka adalah tidak punya waktu (karena sibuk kejar jumlah kata, yang bisa mencapai ribuan per cerita per hari) atau memang sebenarnya mereka gengsi membaca karya orang lain/penulis baru/pemula (yang dianggap belum selevel dengan mereka).
"Siapa dia? Mengapa 'sih saya harus membaca karya yang belum dikenal?" Mungkin itu pikir mereka.
Sama seperti mindset calon pembaca awam selama ini yang berpikir bahwa karya yang layak baca hanya karya yang dipromosikan di laman depan atau beranda saja. Karena itu, terbentuk kebiasaan malas membaca.
Padahal menulis dan membaca adalah dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Berikut keuntungan bagi penulis yang suka membaca:
1. Membaca memperkaya kosakata, diksi, tabungan istilah dan pengetahuan. Mana kata yang lebih baik dipakai, mana yang tidak lazim digunakan.
2. Dengan membaca kita mendapat banyak ide, inspirasi dan masukan. Tidak untuk meniru/melakukan plagiasi, akan tetapi mengambil intisari atau topik apa yang bisa dibahas lebih jauh dari karya bacaan yang sudah ada.
3. Dengan membaca karya yang kredibel, secara tak disengaja/tanpa kursus/kuliah khusus kita mempelajari tata bahasa yang baik dan kaidah penulisan yang benar.
Jadi, sesungguhnya rugi besar jika kita hanya ingin menulis tanpa mau mulai membaca. Tanpa membaca, maka...
1. Karya tulis hanya akan menjadi hasil halusinasi, nirmakna, bisa jadi tanpa logika. Banyak penulis fiksi merasa menulis itu bebas sesuka hati hingga terjebak, menulis tanpa memperhitungkan logika.
2. Karya mungkin laris manis, namun akan terjadi pengulangan tema dan alur yang menjenuhkan akibat tidak adanya usaha mengembangkan kemampuan menulis atau keberanian berinovasi dari para penulis.