Banyak kita masih menomorduakan tulisan. Berbicara lisan dianggap lebih sosial, lebih mudah, lebih komunikatif. Media tulisan dianggap ribet, repot, tak ada waktu membacanya dan lebih mahal harganya (karena dicetak).
Banyak kita enggan membeli buku, kalaupun ada hanya dijadikan pajangan dan koleksi saja.
Sadarkah jika,
1. Semua surat penting dalam hidup kita hampir semua tertulis. Surat nikah, akta lahir, dokumen kepemilikan, dan lain-lain.
2. Tulisan terbaik manusia selama ribuan tahun diterakan lewat media cetak bernama buku, perkamen, prasasti dan lain-lain, bahkan firman Tuhan YME abadi dalam kitab-kitab suci.
3. Tulisan dan teks diberikan guru dan pengajar di sekolah dan bangku edukasi lainnya dalam bentuk ketikan, buku, ensiklopedi, kamus. Mengapa? Agar bisa dibaca ulang, disimpan dan dipelajari kapan saja.
4. Apa yang hanya dibicarakan saja seringkali hanya diketahui oleh yang mendengarkan pada saat itu. Beda dengan tulisan. Bisa dibaca setiap saat dan diwariskan, bahkan ketika penulisnya sudah tiada.
Jadi, hendaklah kita tidak menganggap remeh dan receh tulisan orang lain, apalagi tulisan kita sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H