Lihat ke Halaman Asli

Wiselovehope aka Poetvocator

Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

Menulis Novel Plus Kata-kata Dewasa Plus Pamer Penghasilan: Yes or No?

Diperbarui: 6 Januari 2022   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi via postermywall.com

Sebuah karya seni apapun, literasi maupun visual, selayaknya dibuat dengan hati dan segenap perasaan. Bukan hanya minat, bakat dan kesempatan saja, namun juga dengan tujuan.

Bagi beberapa orang penulis novel online, sayangnya, tujuan yang mulia tersebut belakangan ini tercoreng lantaran citra yang ditanamkan oknum penulis beberapa platform di mana bisa mendapatkan gaji berupa Dolar Amerika.

Mungkin bagi para penulis pendatang baru, jumlah yang ditawarkan sangat menggiurkan, bisa mencapai puluhan atau ratusan Dolar Amerika sebulan, yang jika dirupiahkan bisa menjadi beberapa ratus ribu atau bahkan jutaan Rupiah. Remunerasi ini bisa diperoleh setelah menyelesaikan naskah atau mencapai jumlah kata tertentu, juga dari bonus koin atau tips pembaca yang bermurah hati. Ada juga platform yang hidup dari iklan. Jadi, wadah platform atau situs novel online memang merupakan salah satu cara penulis pemula seperti saya mencoba untuk mencari penggemar.

Menulis memang sebuah mata pencaharian yang mulia, sama seperti pekerjaan halal lainnya. Namun jika kita telisik lebih dalam lagi, banyak penulis yang mencoba keluar dari zona aman dan nyaman dengan menulis kata-kata yang kurang elok, yang sayangnya selalu dituntut oleh pembaca, istilahnya, bahasa ena-ena. Walau sudah disensor atau dijegal platform, selalu saja ada yang lolos dengan berbagai cara.

Padahal walaupun ada adegan dewasa, belum tentu harus memakai atau mempergunakan diksi yang vulgar. Sangat banyak karya novel populer Indonesia yang terkenal maupun sastra klasik yang menuliskan adegan percintaan tanpa kata yang merisihkan untuk dibaca.

Bukan hal ini saja yang ingin disoroti, melainkan tujuan menulis yang jadi terlalu komersial, hanya demi uang semata-mata hingga tak lagi mengindahkan kaidah penulisan. Demi mengeruk dolar sebanyak-banyaknya, kemudian memamerkan hasil pendapatan kepada semua orang yang baru saja hendak mendalami dunia menulis.

Kita semua tahu dan mengerti bahwa gaji dan pendapatan bukan hal elok untuk diumbar, terutama di negeri  dengan adat dan budaya ketimuran seperti Indonesia. Gaji dan pendapatan sebisanya hanya diketahui pemberi dan penerima serta keluarga, khususnya pasangan hidup dan atau orang tua kita. Sungguh tak elok dan tak beretika, walaupun tujuannya hanya 'untuk memotivasi'

'Saya bisa segini, lho, kamu juga bisa, ayo nulis di platform cap A, atau cap B!'

Namun, tentunya menulis bukan cuma masalah jumlah kata atau memenuhi  tuntutan imajinasi pembaca. Kita harus lebih jauh memikirkan; apakah semua penulis yang diajak dan dituntun akan sanggup menjadi seperti yang dikoar-koarkan si penulis berdolar tinggi (yang sering melabeli dirinya sebagai penulis terkenal, padahal hanya dikenal di platform-nya sendiri?)

Dan patut diingat juga, tak semua orang akan memperoleh apa yang sudah seorang penulis peroleh. Semua mendapatkan rezeki sesuai karunia, keberuntungan dan mutu tulisan masing-masing.

Jadi, apakah Anda termasuk orang yang rela melakukan apa saja demi uang?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline