Lihat ke Halaman Asli

Randi Revialdi

Mahasiswa Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pemasaran Politik ala Puan Maharani. Apakah Efektif?

Diperbarui: 29 Desember 2021   01:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencopotan Baliho Puan Maharani. Dok: CNN

Baru-baru ini viral terjadi pencopotan baliho Puan Maharani “Tangismu, tangisku, ceriamu, ceriaku. Saatnya bangkit menatap masa depan” yang bertebaran di lokasi bencana erupsi Gunung Semeru, yang mana pencopotan oleh Satpol PP Kabupaten Lumajang ini, lantaran dianggap tak mempunyai izin atas pemasangannya.

Beredar kabar bahwa pencopotan baliho tersebut tidak terlepas dari aksi rakyat yang mudah memviralkan berita yang ada. Mengutip dari tribunnews hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Satpol PP Matali Bilogo, ia menjelaskan sesuai dengan aturan pemerintah daerah, bahwa segala pemasangan apapun, baik baliho, banner, reklame dan lain sebagainya harus memiliki izin. Namun apabila tidak terdapatnya izin, maka pihak Satpol PP akan tegas menertibkannya.

Lanjutnya, ia juga membantah jika pencopotan baliho Puan dikarenakan viralnya berita baliho yang beredar di masyarakat. Alasan kuat mengapa terjadinya penyopotan baliho tersebut yakni dikarenakan tidak terdapatnya izin untuk memasang baliho tersebut. Adapun baliho lain yang turut dicopot dengan kasus yang sama, tidak memiliki izin untuk diterbitkan. Sejauh ini, Satpol PP telah menurunkan baliho Puan sebanyak 33 lembar dan akan terus melakukan penyisiran di berbagai lokasi lain.

Menanggapi hal tersebut, Solikin selaku Ketua DPC PDIP Lumajang akhirnya angkat suara. Menurutnya ia tidak mengetahui adanya pemasangan baliho yang terpampang jelas wajah Puan, sehingga menurutnya tidak masalah jika baliho tersebut pada akhirnya dicopot oleh Satpol PP setempat. Ia pun menduga bahwa pemasangan baliho ini dilakukan oleh relawan Puan dan para simpatisan tanpa izin pihak PDIP Lumajang.

Menarik untuk dibahas dalam kaitannya dengan pemasaran politik. Apa yang dilakukan Puan dalam pemasangan baliho sesuai dengan salah satu jenis pemasaran politik, yakni Pull Marketing. Kaitannya dalam Pull Marketing sendiri dimana memungkinkan seseorang/calon kandidat dikenal oleh masyarakat dengan adanya media massa, bisa terdapat dalam media konvensional seperti televisi, radio, ataupun media non-konvensional seperti media sosial Twitter, Facebook, Instagram, word of mouth yang terarah, dan penjualan/pengenalan melalui media iklan. Dalam hal ini Puan mengenalkan dirinya dengan menggunakan baliho sebagai aksi dari pengenalan dirinya lebih jauh kepada masyarakat.

sebelumnya juga Puan telah mengenalkan dirinya kepada masyarakat dengan turun langsung melihat kondisi yang ada di masyarakat, menyerap aspirasi, lalu melakukan pekerjaan yang menjadi profesi di masyarakat tersebut. salah satunya menanam padi di saat hujan, namun dari aksi yang dilakukannya ini tidak terlepas dari cibiran masyarakat dan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti yang menurutnya menanam padi semestinya dilakukan saat tidak turun hujan. Hal ini juga termasuk dalam pemasaran politik jenis push marketing, di mana dalam jenis pemasaran ini memungkinkan seseorang untuk datang bertemu dengan masyarakat guna menyerap aspirasi, bertukar pikiran, dan sebagainya.

Memang sejatinya kita masih belum mengetahui siapa calon yang akan dirinya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 nanti, namun dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh Puan Maharani, seperti terjun langsung ke masyarakat, mendengar aspirasi, mengiklankan dirinya di berbagai media massa. Bisa jadi ini mengindikasikan bahwa Puan akan tampil dalam Pilpres 2024. Terlebih Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani yang mengutarakan bahwa terdapat ruang bagi Gerindra dan PDI-P untuk bekerja sama dalam mencalonkan Prabowo Subianto dan Puan Maharani sebagai calon dalam pilpres 2024 yang akan datang.

Lalu apakah pemasaran politik dalam tindakan Puan Maharani ini efektif? Jika kita mengetahui bahwa pemasaran dalam Pull Marketing maupun Push Marketing sangat dapat membantu calon dalam meningkatkan nama seseorang, maka seharusnya tindakan yang dilakukan oleh Puan dapat mendongkrak namanya jika ia ikut serta dalam pilpres 2024 mendatang. Kendati demikian aksi yang sebelumnya dilakukannya ini mungkin dimaksudkan untuk membakar semangat juang rakyat dalam kondisi yang terjadi, namun di sisi lain tidaklah etis dan seakan tidak menghargai masyarakat yang tengah berada di dalam kondisi yang sulit. Dengan begitu wajar jika masyarakat banyak yang mencibir dan mengeluhkan dengan terpasangnya baliho “Tangismu, tangisku, ceriamu, ceriaku. Saatnya bangkit menatap masa depan” yang ada di wilayah terjadinya bencana erupsi Gunung Semeru. Efektif atau tidaknya balik lagi kepada respon dari masyarakat. Jika masyarakat merespon dengan nada yang positif, bisa jadi hal tersebut sangat baik bagi sang calon, begitu juga sebaliknya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline