Lihat ke Halaman Asli

Rana Saipullah

Mahasiswa S-1 Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Bertambah Tahun, Bertambah Generasi: Minimnya Generasi Petani di Usia Muda

Diperbarui: 10 Desember 2024   10:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertanian ialah sektor penting bagi perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan beragam, hampir setiap daerah di Indonesia memiliki sumber daya alam yang berbeda. Selain itu, masih banyak penduduk khususnya di daerah pedesaan yang hidupnya bergantung pada sektor ini.

Generasi muda merupakan penerus masa depan bangsa, yang memiliki peranan strategis untuk memajukan dan mengembangkan sektor pertanian. Namun, fenomena menurunnya minat dan partisipasi generasi muda dalam sektor pertanian ini menjadi perhatian yang serius bagi keberlangsungan sektor pertanian. Fenomena ini memiliki dampak serius terhadap keberlanjutan sektor pertanian dan keamanan pangan di masa depan.

Turunnya jumlah petani muda pada sektor pertanian yang biasa disebut dengan "fenomena aging farmer" dipicu oleh rendahnya minat pemuda bekerja di sektor pertanian. Profesi sebagai petani banyak ditinggalkan oleh kaum muda karena mereka lebih memilih bekerja pada sektor jasa dan manufaktur yang menurut mereka lebih memberikan masa depan.

Dari data Sensus Pertanian selama tiga dekade, yaitu dari tahun 1993 sampai 2003, 2003 sampai 2013, dan 2013 sampai 2023 menunjukkan adanya pergeseran, baik secara absolut maupun relatif. Jumlah petani berusia muda mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan hasil Sensus Pertanian (ST) 2023 Tahap 1 menunjukkan, dalam 10 tahun terakhir usia petani di Indonesia semakin menua. Kelompok usia produktif petani (25-44 tahun) pada tahun 2023 berjumlah sekitar 32,32% dari 29,3 juta orang. Keadaan ini cukup mengkhawatirkan, mengingat, pertanian merupakan sektor krusial di Indonesia, tetapi tidak ada Sumber Daya Manusia yang mengurusnya pada beberapa tahun kedepan. 

Hasil sensus tersebut seharusnya dapat menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian agar lebih diperhatikan kedepannya.

Para petani dan orang tua generasi muda juga melihat adanya risiko dalam bertani sangat besar, diantaranya seperti gagal panen, kelangkaan pupuk, hama tanaman, cuaca yang tidak pasti, dan lain sebagainya.

Menurunnya minat dan partisipasi generasi muda di sektor pertanian menyebabkan keberlanjutan di sektor pertanian menjadi terhambat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya minat dan partisipasi generasi muda dalam sektor pertanian. Hal tersebut membawa dampak seperti penurunan keberlanjutan pertanian, kurangnya inovasi dan penggunaan teknologi. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas, produktif, inovatif, berdaya saing, dan berkomitmen tinggi dalam sektor pertanian menjadi kunci tercapainya pembangunan pertanian berkelanjutan dalam tata kelola pengembangan Sumber Daya Manusia pada sektor pertanian.

Sumber:

IPB University (7 Januari 2024), Akankah Indonesia Kehilangan Petaninya di Masa Depan?, Diakses pada 09 Desember 2024, dari https://fem.ipb.ac.id/akankah-indonesia-kehilangan-petaninya-di-masa-depan

RRI.CO.ID - Meizar Rudi Zein (14 Januari 2024), Angka Petani Muda Turun dalam 10 Tahun Terakhir,Diakses pada 09 Desember 2024, dari https://www.rri.co.id/nasional/515661/angka-petani-muda-turun-dalam-10-tahun-terakhir

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline