Lihat ke Halaman Asli

Technopreneurship Sebagai Penunjang Ekonomi Nasional

Diperbarui: 4 April 2017   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Majunya satu negara ditunjukan dengan seberapa besar pertumbuhan ekonominya. Semakin banyak entreprenuership (kewirausahaan) dalam satu negara maka potensi pertumbuhan ekonominya semakin tinggi. Saya pun mengutip pendapat seorang psiokolog sosial ternama asal Amerika Serikat David McCleland yang mengatakan, idealnya dalam satu negara dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari jumlah penduduk. Sementara di Indonesia, jumlah wirausaha hanya berkisar sekitar 1 persen. Angka ini masih sangat kecil jika dibandingkan misalnya dengan dua negara dengan ekonomi terbesar dunia, yaitu China (10%) dan Amerika Serikat (13%).

[caption caption="Facebook Komunitas wirasusaha"][/caption]Dari berbagai artikel yang saya baca baik blog maupun berita online, kita bisa menyaksikan lesunya sektor-sektor ekonomi berbasiskan ekstraksi sumber daya alam, dengan jatuhnya harga berbagai komoditas. Inilah momentum yang tepat bagi para wirausaha Indonesia untuk memperkuat semangat kewirausahaan. Karena kewirausahaan ini dapat mendukung perekonomian nasional secara lebih berkelanjutan sekaligus menciptakan inovasi-inovasi baru yang dapat menggerakkan dan meningkatkan daya saing ekonomi.

Berbicara soal kewirausahan, saya teringat pada kebangkitan ekonomi India yang berdasarkan data dari Dana Moneter Internasional (IMF) 2015, berhasil tumbuh 7,2 persen, mengalahkan China yang tumbuh 7 persen. Salah satu kunci keberhasilan baik India maupun China adalah mereka berhasil memaksimalkan sektor industri kreatif yang dilakoni oleh para wirausaha muda.

Saya pun berpikir sebenarnya pemuda Indonesia juga memiliki sumber daya yang unggul untuk bisa menjadi seorang wirasuaha sukses, yang bisa menjadi tulang punggung dan pionir kewirausahaan. Sifat anak muda yang selalu ingin mencoba tantangan baru serta kreatif dan inovatif, pada dasarnya menjadi karakteristik yang dibutuhkan untuk mengembangkan kewirausahaan. Mengutip Carol Noore, kewirausahaan dibangun oleh berbagai faktor, baik internal (dari dalam diri sendiri) maupun eksternal (lingkungan sosial), dan pada akhirnya akan membentuk ‘locus of control’ yang terdiri dari kreativitas, keinovasian, implementasi dan pertumbuhan.

Salah satu pilar utama kewirausahaan adalah inovasi. Di era globalisasi, banyak wirasuaha dunia memanfaatkan kemajuan teknologi, termasuk teknologi informasi, yang telah menunjang kegiatan wirausaha atau yang biasa disebut technopreneurship. Technopreneurship inilah yang kini telah menjadi fenomena digitalisasi ekonomi, dimana semakin banyak pelaku wirausaha yang mampu menggunakan media online, serta melalui media tersebut dapat mengembangkan gagasan inovasi yang mereka miliki untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi secara optimal.

Usaha online berbasiskan teknologi pada saat ini semakin menjamur. Di Indonesia sendiri banyak model usaha online seperti olx.co.id, bukalapak.com, Lazada, Elevania, yang menawarkan kemudahan bagi konsumennya untuk berbelanja. Bahkan sudah banyak pelaku Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) memasarkan produk mereka melalui website rancangan mereka sendiri. Hal ini membuktikan bahwa banyak bisnis berkembang melalui perekonomian digital dan penguasaan teknologi informasi menjadi semakin penting dalam pengembangan usaha

Kalau kita bicara lebih luas, dimana Indonesia tengah dihadapkan pada event Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka secara keseluruhan para wirausaha Indonesia mau tidak mau harus mengenal technopreneurship. Kita dapat melihat signifikansi technopreneurship melalui kunjungan Presiden Jokowi ke Amerika Serikat baru-baru ini untuk menghadiri KTT AS-ASEAN. Dalam kesempatan ini, Presiden tidak lupa mengunjungi kantor Facebook dan Google.  

Fakta ini membuktikan bahwa technopreneurship Indonesia memperoleh perhatian dan dukungan Pemerintah. Presiden memiliki visi bahwa sinergi antara para pelaku pasar nasional dan perusahaan-perusahaan raksasa tersebut dapat memberi nilai tambah bagi pengembangan technopreneurship di Indonesia.  

Selanjutnya, tinggal bagaimana generasi muda negeri ini dengan cermat membaca dan memanfaatkan situasi ini, melihat fenomena berkembangnya technopreneurship di tengah semakin terbukanya perekonomian dan perdagangan dunia sebagai peluang wirausaha yang lebih luas. Namun tentunya hal tersebut perlu ditunjang dengan penguasaan kompetensi di bidang teknologi informasi sesuai tuntutan zaman.

Pada akhirnya, generasi muda Indonesia dengan semangat entrepreneurship dan technopreneurship yang dimilikinya, tidak hanya memberi manfaat bagi diri sendiri, namun juga mampu berkontribusi bagi masyarakat luas serta perekonomian Indonesia.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline