Lihat ke Halaman Asli

Ryas Ramzi

Mahasiswa

Dakwah Multikultural: Jejak Harmoni dalam Keanekaragaman di Indonesia

Diperbarui: 10 Agustus 2023   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi multikultural. Sumber: pexels.com

Indonesia, negeri dengan keindahan dan kekayaan alamnya yang menakjubkan serta keanekaragaman budaya dan agama yang tak tertandingi. Terhampar di antara ribuan pulau, Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 300 kelompok etnis dan ratusan bahasa serta menjadi tempat bersemayam bagi berbagai agama yang menghormati kepercayaan masing-masing.

Dalam perjalanan sejarahnya, Indonesia telah menyaksikan kisah-kisah yang memukau tentang bagaimana harmoni bisa diwujudkan dalam keragaman ini melalui perjalanan dakwah multikultural yang menginspirasi.

Di dalam lanskap budaya dan agama yang begitu beragam ini, terdapat pesan-pesan penting tentang inklusivitas, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama. Salah satu kisah yang paling menyentuh hati adalah perjalanan para pemuka agama, aktivis sosial, dan tokoh masyarakat yang berani dan berkomitmen untuk membawa pesan multikulturalisme melintasi batasan-batasan yang pernah ada.

Melalui cerita-cerita inspiratif mereka, mari kita memandang kehidupan dan perbedaan dengan lensa yang lebih luas, mendorong kita untuk berbicara satu sama lain dengan saling menghormati, dan membangun jembatan dari keberagaman menuju kesatuan.

Gus Dur dan visi multikulturalismenya

Dalam perjalanan dakwah multikultural di Indonesia, salah satu tokoh yang tidak dapat dilewatkan adalah Kyai Haji Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur. Beliau lahir pada tahun 1940 di Jombang, Jawa Timur, menjadi titik awal perjalanan yang penuh makna ini. Gus Dur tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan nilai-nilai agama, di bawah pengaruh ayahnya yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU)---Organisasi yang menjadi bagian penting dalam membentuk pandangan Gus Dur tentang Islam dan keragaman.

Gus Dur bukanlah tokoh yang berbicara dari teori semata. Dia mengambil peran nyata dalam membangun dakwah multikultural di Indonesia melalui pendekatan yang inklusif dan toleran. Salah satu langkah awalnya adalah melalui pendirian organisasi Yayasan LibForAll, yang bertujuan untuk mempromosikan toleransi dan perdamaian antaragama.

Di samping itu, sebagai presiden keempat Indonesia, Gus Dur juga memegang kendali penuh dalam upaya membangun negara yang inklusif dengan menghargai dan melibatkan berbagai komunitas agama.

Visi multikulturalisme Gus Dur tergambar dalam pendekatan dakwahnya yang mengedepankan dialog. Ia percaya bahwa dialog adalah jalan menuju pemahaman yang lebih baik di antara berbagai kelompok agama dan budaya. Lewat dialog ini, Gus Dur mengajak masyarakat untuk merangkul perbedaan dan melihat keberagaman sebagai sumber kekayaan yang tak ternilai. Pesannya yang terus beresonansi adalah bahwa semua agama mengajarkan nilai-nilai universal seperti cinta kasih, penghargaan terhadap keberagaman, dan keadilan.

Dialog antaragama

Dialog antaragama telah menjadi salah satu elemen inti dalam perjalanan dakwah multikultural di Indonesia. Organisasi seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah contoh penting bagaimana dialog dapat menjadi alat yang kuat untuk mempromosikan pemahaman lintas agama. MUI mengadakan pertemuan rutin antara pemimpin agama-agama utama di Indonesia untuk membahas isu-isu yang relevan bagi masyarakat.

Melalui dialog semacam ini, pemahaman akan keyakinan masing-masing agama ditingkatkan. Hal ini membuka pintu bagi penemuan titik persamaan dalam ajaran-ajaran agama yang kadang-kadang terlupakan akibat perbedaan yang lebih terlihat. Berbicara tentang persamaan-persamaan ini, MUI dan organisasi serupa telah membantu membangun dasar yang kuat untuk menghormati dan menghargai perbedaan dalam beragama.

Budaya lokal sebagai simbol persatuan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline