Usai Timnas Garuda U-21 ditekuk 2-0 oleh Brunai, saya sama sekali tidak kaget.Justru saya bangga terhadap diri saya sendiri, karena analisaku (dugaanku) benar, ternyata Indonesia kalah. Hal ini juga tidak jauh beda dengan kejadian sebelumnya, saat Indonesia dicukur gundul oleh Bahrain dengan skor memalukan 10-0.
Kenapa saya tidak heran dengan kekalahan ini, karena skuad yang diturunkan di lapangan hijau bukan tim yang terbaik. Masih ingat bagaimana PSSI tidak memainkan Bambang Pamungkas dan Firman Utina saat melawan Bahrain. Kenapa kalah? Karena yang diturunkan PSSI memang bukan yang terbaik. PSSI berkedok dibalik stigma ‘Pemain ISL tidak diakui’.
Dari sini saya berpendapat bahwasepertinya PSSI lebih memilih Kalah daripada harus mengakui tim ISL (Indonesia Super League). Terbukti, mereka tidak peduli dengan beberapa pemain terbaik yang berlindung di bawah ISL. PSSI tetap tidak memakainya. Dengan langkah seperti ini, PSSI menjaga harga dirinya meskipun harus menelan kekalahan yang memalukan.
Lagi-lagi alasan PSSI, klub dibawah ISL tidak diakui FIFA, yang diakui hanya IPL (Indonesia Primer League). Ada betulnya juga barangkali. Tetapi kita masih ingat di era kepemimpinan Nurdin Khalid, yang justru tidak mengakui keberadaan IPL. Saat itu FIFA juga mengatakan bahwa yang diakui hanya ISL, bukan IPL. Kondisi terbalik bukan? Masyarakat kecil juga tahu bahwa ini hanya “pertengkaran anak kecil” ala PSSI.
Apa jadinya kalau PSSI sedari dulu mengakui kedua-duanya? Jawabannya, FIFA pasti mengiyakan, dan Indonesia tidak akan seburuk ini. (Maaf, ini analisa seorang penggemar sepak bola aja, heee).
Di sisi lain, lucu juga melihat komentar Wakil Ketua Umum PSSI, Farid Rahman di salah satu media Nasional. Farid menilai prestasi jadi runner-up sudah membanggakan . Kalau Indonesia gak pernah juara sih, komentar ini masuk akal. Tapi, bukankah Tahun 2002, Indonesia menjadi juara turnamen Hassanal Bolkiyah Trophy dengan rekor tidak terkalahkan. Prestasi menurun kok dibanggakan?
Apalagi, di peringkat FIFA, rangking Indonesia jauh di atas Brunei. Indonesia menempati rangking 147, sedangkan Bruneidi peringkat 201.
Sekali lagi, (sepertinya) kekalahan ini tidak apa-apa bagi PSSI, daripada menang tetapi harus mengakui dan merekrut pemain-pemain yang ada di bawah kompetisi ISL.
Sepuluh Maret 2012, di sudut Kota Magetan yang mendung, semendung prestasi Timnas Garuda.
M. Ramzi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H