Lihat ke Halaman Asli

Ramses Riko

Mengamati dan menulis

Hanya Jokowi 'Capres' Terbaik 2014?

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik Indonesia unik dan atraktif terutama setelah tumbangnya rezim Soeharto sebagai "bapak diktator" Indonesia. Setiap saat pergantian kepemimpinan sesudah masa ini, rakyat dipaksa untuk bermimpi tentang tokoh yang baik, sempurna, dan mampu membawa Indonesia menuju kemajuan dan kesejahteraan. Hal ini tidak terjadi pada era kepemimpinan Orla dan Orba. Pada saat itu, rakyat tinggal menerima saja, siapakah pemimpin yang disodorkan para penguasa. Reformasi memberikan peluang lebih bagi rakyat untuk menentukan sendiri siapakah tokoh terbaik menurut 'kata hati' mereka.

Berkali-kali 'tokoh terbaik' versi rakyat tampil pasca reformasi dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.  Mulai dari Gurdur, Megawati yang kepemimpinannya tidak terlalu lama sampai dengan Presiden SBY yang berhasil merebut hati rakyat Indonesia menjabat dua periode. Selama dua periode ini, Presiden SBY telah berupaya semampunya untuk memberikan 'yang terbaik' menurutnya bagi masyarakat Indonesia.

Akan tetapi, jelang lengsernya Presiden SBY di periode kedua kepemimpinannya ini banyak rakyat yang kemudian menyatakan kekecewaan, mengeluh, dan menginginkan agar yang akan menggantikan Presiden SBY mampu menjawab segala keluhan rakyat. Di sinilah, Presiden SBY menjadi tesis bagi rakyat untuk menentukan tokoh siapakah yang bisa menjadi antitesisnya untuk pilpres 2014 nanti.

Siapakah tokoh antitesis dari Presiden SBY untuk saat ini menurut masyarakat Indonesia? Ada banyak tokoh yang muncul sejauh yang ditampilkan oleh aneka lembaga survei nasional. Bahkan para pengamat politik dari luar negeri pun juga memberikan pendapat tentang tokoh-tokoh yang berpeluang besar merebut hati masyarakat Indonesia menduduki tampuk kepemimpinan Indonesia.

Salah satu tokoh kuat saat ini yang paling membetot hati masyarakat Indonesia adalah Jokowi. Jokowi selalu terdepan dalam hampir semua hasil survei. Bahkan Jokowi sudah didesak-desak oleh para relawan yang tergabung dalam aneka lembaga relawan untuk segera dicapreskan oleh PDIP. Mata sebagian besar rakyat Indonesia memang menantikan sosok Jokowi yang dianggap dapat menjadi antitesis kepemimpinan presiden-presiden sebelumnya, serentak menjadi sintesis bagi kerinduan terdalam masyarakat Indonesia yang mudah bosan, jenuh, dan mudah kecewa dengan pemimpinnnya.

Pertanyaannya: ketika Jokowi hampir merajai semua hasil survei, apakah Indonesia memang sedang krisis ketokohan atau lebih tepatnya sedang mengalami krisis kepemimpinan? Di manakah proses kaderisasi parpol-parpol yang ada selama ini, ketika parpol-parpol yang lain seolah-olah keder dengan Jokowi dan tidak mampu menyodorkan tokoh yang 'seflamboyan' Jokowi sebagai pesaing utama? Sebab menilik capres-capres yang disodorkan parpol-parpol lain selama ini, semuanya sepertinya 'kalah pamor' dengan Jokowi, padahal Jokowi belum pasti dicapreskan PDIP.

Berkaca dari fenomena bomming-nya nilai jual ketokohan seorang Jokowi di mata rakyat Indonesia saat ini, parpol-parpol yang ada di Indonesia jangan sekedar dijadikan kuda tunggangan menuju kekuasaan dari manusia-manusia haus kuasa minus semangat pengabdian. Parpol-parpol semestinya menjadi ladang persemaian bibit-bibit pemimpin terbaik untuk Indonesia melalui proses kaderisasi dan pendampingan yang serius dan solid. Tujuannya, agar setiap parpol biasa menyodorkan para calon pemimpin berkualitas dan berintegritas untuk meramaikan bursa pemilihan di tingkat daerah maupun nasional. Selain itu, agar parpol tidak terkesan berebutan mencapreskan seorang tokoh demi elektabilitas partai padahal tidak pernah punya kontribusi sedikit pun untuk mendidik capres tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline