Lihat ke Halaman Asli

Ramses Riko

Mengamati dan menulis

Apakah Pemred Obor Rakyat Jujur?

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14027624211162588206

Misteri kehadiran koran beralamat palsu "Obor Rakyat" kini sudah mulai terkuak. Ibarat sepandai-pandai membungkus yang busuk pasti kecium juga, demikianlah nasib 'para aktor' yang bersembunyi di balik media abal-abal ini.

Satu persatu menampilkan diri ke permukaan dengan kesan 'menggagahkan diri' sebagai 'pegimbang' media mainstream yang 'dituduhkan sepihak' telah partisan. Mulai dari Setiyardi yang mendaku dirinya sebagai pemimpin redaksi media 'copas' berita penuh nuansa fiktif yang bersebaran di internet. Sampai dengan Redaktur Inilah.com, Darmawan Sepriyossa, yang menjadi penghubung dan kontributor media yang disebutnya sebagai 'anjing penjaga' bagi pilpres 2014.

Kepada media mainstream semacam Kompas, Setiyardi mengakui bahwa motivasi utamanya menerbitkan 'koran siluman' ini hanyalah untuk mengiritisi Joko Widodo, tanpa bermaksud mendukung Prabowo-Hatta: "Obor Rakyat kritisi Jokowi sama sekali tidak dukung Prabowo. Ketika ini diterbitkan, Pak Prabowo itu 19 Mei baru declare. Sudah ada dulu Jokowi dan JK. Secara politis, sudah terbentuk paket Jokowi-JK, alasan kami kritisi capres itu. Saya tidak katakan, saya dukung Prabowo," ujar Setyardi dalam acara diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (14/6/2014).

Apakah benar motivasi utamanya demikian? Untuk membuktikan kebenaran ucapan 'sang pengumbar' kampanye hitam kepada kubu Jokowi-JK, saya mencoba mencari akun Facebook  Setiayardi. Dari pencarian ini ditemukanlah akun: https://www.facebook.com/setiyardi.setiyardi?fref=ts.

Dari penelurusan Time Line di laman pribadi Setiyardi ini ditemukan motivasi-motivasi yang takterungkap oleh Setiyardi seperti dirilis medi seperti terlihat dalam status-statusnya:


  1. Status terkini (14 Juni 2014):  "Selamat Pagi Indonesia, Salam hangat dari Kami."Obor Rakyat"
  2. 5 Juni 2014:  "SKALA PRIORITAS. Setiap saat kita dihadapkan pada pilihan-pilihan. Dunia bukanlah tempat sempurna tanpa cela. Itu sebabnya, kita selalu membuat skala prioritas dalam mengambil keputusan. Dan yang menjadi pijakan adalah satu kaidah fiqh, "menghindari mudharat lebih utama ketimbang mengejar manfaat." Logika itu yang selalu saya pakai dalam menentukan pilihan, yang terkadang tak mudah. Pada pilpres 2014 kita dihadapkan pada dua pilihan, kecuali jika kita bersikap 'golput'. Kedua pasangan tentu punya kelebihan, dan juga kekurangan. Oleh karenanya, saya harus membuat skala prioritas, apa yang ingin saya capai bagi Indonesia. Setelah mengkaji dan merenung, maka saya putuskan akan memilih Prabowo/Hatta. Apa alasanya? Sederhana. Saya tak ingin Megawati, dan PDI Perjuangan, menguasai pemerintahan. Saya ingin Indonesia yang lebih baik. Ini ijtihad saya ..."
  3. 28 Mei 2014: "Mengapa saya tak mendukung PDI Perjuangan [dan calon yang diusungnya]? Simpel. Saya tak pernah mendukung partai sektarian. Dengan mayoritas Caleg [184] untuk DPR yang "Non-Muslim", jelas bahwa sesungguhnya PDIP adalah partai sektarian, Partai agama. Apalagi para calon itu umumnya pada nomor jadi. Dan tentu kita tak lupa, partai ini memang hasil peleburan, antara lain: Partai Katolik dan Partai Kristen Indonesia [fusi tahun 1973]. Hanya saja sekarang mereka tak berani menyatakan secara terbuka karena pertimbangan politik. Bagi saya, Indonesia adalah sebuah "Rumah Besar" untuk semua kelompok. Keterwakilan agama, etnik, jender, usia harus dilakukan secara proporsional. Dalam konteks ini, saya cenderung mendukung ideologi partai-partai pluralis --- seperti: Golkar, Demokrat, Gerindra, Hanura atau Nasdem.  Saya tidak pernah mendukung partai sektarian, apalagi dilakukan dengan penuh hipokrisi."
  4. 27 Mei 2014:  "Mengapa saya Insha Allah akan memilih Prabowo / Hatta pada 9 Juli nanti? Sederhana saja, Saya berikhtiar agar Republik ini tak dikuasai PDI Perjuangan. Bismillah..."


Demikianlah beberapa status di laman Facebook yang diduga kepunyaan Sang Pemred "Obor Rakyat". Pembaca  bisa menyimpulkan sendiri apakah pengakuannya alam acara diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (14/6/2014):  benar ataukah tidak, jujur atau bohong?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline