Demam berdarah dengue atau DBD merupakan penyakit infeksi akibat virus dengue yang di tularkan ke manusia memalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. DBD merupakan masalah kesehatan global yang signifikan, terutama di negara negara tropis dan subtropis. Penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1968 di Jakarta dan Surabaya.
Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia, yang dapat menimbulkan kekhawatiran luar biasa, karena penularan penyakit yang cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat. Di Indonesia hingga minggu ke-17 tahun 2024 sudah tercatat 88.593 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan 621 kasus kematian di Indonesia. BMKG memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementrian Kesehatan (Kemenkes) dr. Imran Pambudi menyampaikan, di perkirakan frekuensi gigitan nyamuk akan meningkat pada saat kemarau, di sebabkan nyamuk akan sering menggigit ketika suhu tinggi.
Salah satu tantangan terbesar dalam mengatasi DBD adalah siklus penularan yang melibatkan nyamuk. Nyamuk Aedes berkembang biak di genangan air yang kecil, seperti di pot bunga, wadah penyimpanan air, atau saluran pembuangan yang tidak terawat.
Selain itu, penyakit ini dapat menimbulkan dampak kesehatan yang berat bagi penderita. Gejala DBD meliputi demam tinggi, nyeri otot dan sendi, serta ruam kulit. Pada kasus yang lebih parah, DBD dapat menyebabkan demam berdarah dengue atau dengue shock syndrome, yang memerlukan penanganan medis intensif. Keterlambatan dalam diagnosis dan perawatan dapat mengakibatkan komplikasi serius atau kematian.
Kesehatan Masyarakat memainkan peran kunci dalam mengatasi tantangan ini melalui berbagai strategi pencegahan dan pengendalian. Salah satu langkah utama adalah edukasi masyarakat tentang cara-cara pencegahan. Kampanye kesehatan masyarakat dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengurangi tempat-tempat berkembang biak nyamuk, seperti dengan membersihkan genangan air secara rutin dan menggunakan produk pengusir nyamuk.
Selain itu, program pengendalian vektor merupakan komponen penting dalam upaya pencegahan DBD. Ini termasuk penggunaan insektisida untuk mengurangi populasi nyamuk dewasa dan larvasida untuk membunuh larva nyamuk di tempat berkembang biaknya. Program-program ini sering kali melibatkan kerjasama antara pemerintah lokal, organisasi non-pemerintah, dan komunitas untuk memastikan cakupan yang efektif.
Surveillance atau pemantauan penyakit juga merupakan elemen kunci dalam mengendalikan DBD. Kesehatan Masyarakat harus mengumpulkan data tentang kasus DBD untuk mengidentifikasi tren dan wabah dengan cepat. Informasi ini penting untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat waktu.
Penelitian juga berperan dalam menghadapi tantangan DBD. Studi tentang vektor, virus, dan vaksin dapat membantu mengembangkan strategi baru untuk pencegahan dan pengobatan. Vaksin dengue, meskipun belum sepenuhnya tersedia di semua negara, menawarkan harapan baru dalam mengurangi beban penyakit ini di masa depan.
Mengatasi tantangan penyakit demam berdarah memerlukan pendekatan multidisipliner yang melibatkan pencegahan, pengendalian, dan penelitian. Kesehatan Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam strategi ini melalui edukasi, pengendalian vektor, dan pemantauan penyakit. Dengan upaya yang terus menerus dan kolaborasi yang efektif, tantangan yang dihadapi dapat diatasi, dan dampak dari demam berdarah dapat dikurangi secara signifikan.
KATA KUNCI : Demam, Nyamuk, Penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Nadia Tarmizi. 2024. Waspada DBD di Musim Kemarau.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240616/0045767/waspada-dbd-di-musim-kemarau/ [online]. 12 September 2024
Kemanag NTT. 2020. PETUNJUK TEKNIS PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE.
https://ntt.kemenag.go.id/file/file/InfoPenting/aaf8f237d84a2b1ad713d6a102fc73cf.pdf [online]. 12 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H