Perintah berpuasa dari Allah SWT kepada orang-orang yang beriman terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah 183.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas umat-umat sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”
Tiada terasa Ramadhan suci sudah di ambang pintu, Dia datang membawa beragam tawaran yang membahagiakan, lipat ganda pahala, amalan sunnah yang disejarjarkan dengan yang wajib, pintu kebaikan dibuka, pintu neraka ditutup, doa-doa dikabulkan, Yang teristimewa di malam ramadhan itu Allah akan menurunkan satu malam keutamaan, yang kebaikannya melebihi 1.000 bulan (QS. Alqodar: 1-5).
Beragam aktifitas yang dilakukan kaum muslimin menyambut kedatangan bulan suci tersebut, ada yang hilir mudik kembali ke kampung halaman berziarah kemakam kerabat/keluarga yag telah mendahului, jalanan sering macet kerana ramainya kenderaan penzirah di TPU. Adapula yang mengakhirkan bulan sya’ban dengan melakukan kunjungan beramai-ramai ke sungai mandi bersama yang seolah menjadi tren wajib, tapi mudah-mudahan hal yang seperti ini tidak dianggap syakral dengan sejumlah wewangian, juga ada yang menyibukkan diri dengan aktifitas rumahan dengan memberi variasi warna dan perabotan serta banyak lagi kegiatan lainnya yang menjadi style menyambut ramadhan oleh anak-anak, remaja bahkan orang tua. Dapat dipastikan sehari menjelang Ramadhan pasar dadakan (penjual daging / pasar tradisional) akan ramai dikunjungi masyarakat untuk membeli kebutuhan pangan yang cenderung menunjukkan budaya konsumtif masyarakat yang jauh dari kesederhanaan. Itulah sebagaian aktifitas yang dilakukan menyambut Ramadhan.
Tulisan ini bukan memberi komentar atau fatwa apapun terhadap kegiatan dimaksud, namun mencoba mencari sebuah pemaknaan tentang hal terpokok dalam penyambutan Syahrusshiyam itu.
MARHABAN YA RAMADHAN
Ramadhan adalah bulan yang suci. Idealnya sambutlah dengan kesucian, niat suci senantiasa berdoa semoga Allah memberi umur panjang agar kita dapat mengisi kegiatan bermakna di dalamnya, berdoa diberi kesehatan dan kekuatan menjalankan ibadah shiyam dan qiyamullail. Tentu satu saat jiwa kita juga akan meninggalkan raga sama seperti ruh yang diziarahi yang tak mampu berbuat apa-apa lagi.
Allah SWT sangat senang kepada hamba yang senang hatinya menyambut kedatangan Ramadhan, senang bukan sebatas emosional tapi lebih pada tataran spritual. Bisa jadi mereka yang senang hatinya menyambut ramadhan tidak terlalu kentara dari fisik materi, makanan ala kadarnya, fasilitas seadanya, kesederhanaan, tapi ternyata di hati mereka penuh cinta dan rindu seolah-olah seorang kekasih yang menanti belahan jiwanya, seolah di dirinya bertumpu harapan dan masa depannya.
(man fariha bidukhuli ramaadhan harromallhu jasadihi minan niran)
Kita adalah sosok yang senantiasa kotor, untuk memantapkan diri masuk di dalamnya. Kita sucikan mental rohani lewat taubat dan mandi taubat atas kemaksiatan yang pernah terjadi.
Sebagai manusia, kita juga kerap melakukan tindakan kasar, baik secara tulisan maupun secara lisan yang tidak terjaga, yang juga melahirkan luka di hati sesama, kita bersihkan dengan memohon maafnya terlebih buat kedua orang tua, sanak saudara, handai taulan, tetangga, dan keluarga kita seisi rumah. Semoga ramadhan tahun ini membawa berkah kepada insan-insan yang bertaqwa dengan segala amal ibadah yang Insyaallah akan diterima Allah SWT sesuai dengan apa yang sudah dijanjikanNya seperti yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran.***Amin**** Marhaban Ya Ramadhan.
In cooperation with: BANIL AUTHON LABUHANBATU.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H