Lihat ke Halaman Asli

Tukul Arwana, Presenter yang Anti Pelecehan

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Malam ini, Jumat 10 Februari 2012 | 22.30 WIB, secara tidak sengaja saya menonton acara TV. Dan secara tidak sengaja pula saya memutar salah satu stasiun TV swasta nasional - Trans7 yang kebetulan pula sedang menyiarkan acara [Bukan] Empat Mata yang dibawakan oleh seorang presenter kondang yang bernama Tukul Arwana.

Di awal-awal acara ini ditayangkan, saya tertarik karena memang pernah melihat dan mengikuti tayangan ini sebelum-sebelumnya beberapa tahun yang lalu sebelum berganti nama ke Bukan Empat Mata. Namun seiring dengan berjalannya waktu, di mata saya bahwa acara ini semakin lama semakin tidak ada gregetnya sama sekali. Sebagai pemirsa, saya merasa tayangan acara ini senantiasa mengeksploitasi Sekitar Wilayah Dada (Sekwilda) wanita dan Sekitar Wilayah Paha (Sekwilha) wanita. Bahkan lebih parahnya lagi banyak terdapat unsur pelecehan terhadap pisik, baik itu pelecehan terhadap bintang tamu maupun terhadap pemirsanya. Sayangnya perlakuan seperti itu selalu saja dengan atau tanpa disadari oleh korbannya.

Menurut sepengetahuan saya, Tukul Arwana senantiasa menggaungkan slogan yang Anti Pelecehan, Anti Meremehkan Orang Lain, dan Anti Menghina Orang Lain, dll yang sejenisnya di akhir acara. "Acara ini hanya ........., dan kami tidak bermaksud .........., dan bla-bla bla-bla-nya"

Kenyataannya sangatlah bertolak belakang dengan apa yang ada pada slogan yang selama ini dia gaungkan. Sebagai contoh, malam ini ada seorang bintang tamu yang berasal dari Negara Prancis yang sangat suka dengan Musik dan Lagu Dangdut. Kemudian si Bule membuktikan kekagumannya terhadap Musik Dangdut tersebut dengan menyanyikan sebuah lagu dangdut di depan para penonton yang ada di studio Trans7 maupun pemirsa TV yang ada di rumah masing-masing.

Namun dengan keterbatasan dialeg seorang Bule, maka ternyata memang si Bule menyanyikan sebuah lagu dangdut dengan gaya dan dialek seorang bule yang memang sedikit mengundang tawa bagi yang mendengar suara dan gayanya menembangkan lagu dangdut tersebut. Bagi saya hal itu adalah sangat wajar. Karena lidahnya adalah lidah orang Bule. Mengapa harus ditertawakan?

Lain halnya dengan Presenter Tukul Arwana, yang dengan arogannya sengaja mengejek dan mentertawakan si Bule dengan cara yang sangat berlebihan. Sehingga kita yang di rumah merasa risih dengan ulah tingkahnya yang tidak terpuji dan sangat dilebih-lebihkan (ketawa berlebihan dengan unsur pelecehan yang sangat kental dan kentara). Untungnyalah si Bule kurang merasa atau mungkin saja si Bule tidak tahu kalau dia sedang dilecehkan.

Sungguh kasihan si Presenter, "Lho kok malah si presenter yang dikasihani, bukannya si Bule?"

Ya!............................, memang si presenterlah yang pantas untuk dikasihani. Karena selama ini dia berbicara senantiasa merasa kalau dirinya sudah benar dan dalam arti tidak melecehkan pihak lain dan dengan senantiasa menggaungkan kalimat anti yang berunsur pelecehan dan lain-lain, sementara tingkah dan omongannya yang dia perbuat di depan para bintang tamunya justeru melecehkan orang lain tanpa dia sadari.

Sungguh kasihan Presenter yang seperti ini. Jika berbicara, mulutnya sampai berbusa-busa tapi tanpa sadar dia telah dan senantiasa melecehkan orang lain. Demikian pula presenter ini sering sekali melecehkan orang lain dengan mengeksploitasi tentang ketidaksempurnaan bentuk pisik orang lain, yang sangat disayangkan adalah bintang tamunya juga sering menjadi objek pelecehan.

Mudah-mudahan beliau ini cepat sadar dan bertobat atas perlakuan yang tanpa dia sadari itu. Saya sebagai pemirsa yang tidak sengaja memutar acara tersebut, semula hanya tertarik pada seorang Bule yang pencinta musik dangdut dan secara otomatis saya tertarik ingin mengetahui kelanjutan ceritanya, eh malah menjadi jengkel karena sikap presenternya yang menurut saya "sedikit" sangat berlebihan dalam memberikan pernyataan-pernyataan memuji dengan pujian-pujian yang tinggi, dimana ujung-ujungnya hanya menimbulkan interpretasi pelecehan kepada pihak lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline