31 Mei 1980 - 31 Mei 2011 : 31 tahun In Memoriam PK Ojong.
Membicarakan Alm. Bpk. Petrus Kanisius Ojong (PK Ojong) adalah suatu hal yang sudah sangat tidak asing lagi bagi kalangan Jurnalis tanah air. Beliau adalah Tokoh yang sangat berjasa bagi keberadaan Kompas Group di kancah persuratkabaran tanah air. Begitu pula jasa-jasanya amatlah sangat-sangat besar terhadap keberadaan Kompasiana ini.
PK Ojong lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juli 1920, dengan nama Peng Koen Auw Jong, anak dari Aw Jong Pauw seorang petani di Pulau Wuemoy (kini wilayah Taiwan).
Hari ini, hari Selasa, 31 Mei 2011 tepat 31 tahun kepergian beliau menghadap sang Khaliq. Maka seyogiyanyalah kita sedikit mengambil waktu mengenal kembali jasa-jasa beliau sebagai tanda rasa terimakasih kita terhadapnya.
PK Ojong wafat Sabtu 31 Mei 1980 pukul 9.45 WIB. Patung dirinya didirikan di halaman Bentara Budaya Jakarta, lembaga nirlaba Kompas Gramedia yang dibangun berdasarkan niat pelestarian serta pengembangan seni budaya Indonesia.
Sebagai kuli tinta, sejak awal usia 30-an, PK Ojong sudah dihadapkan pada pilihan rumit : berpena tajam atau dibredel. Rasanya, mustahil menjadi jurnalis idealis. Beruntung dia punya "penasihat spiritual" berhati emas, yang banyak memberi pelajaran. Salah satunya : idealisme tak boleh berjalan sendirian, tapi harus didampingi kecerdasan, kepiawaian berusaha, dan watak nan indah. Jika tidak, bersiap-siaplah menjadi martir. Sumber : http://www.tokoh-indonesia.com/ensiklopedi/p/pk-ojong/index.shtml,
Untuk itu marilah sejenak kita panjatkan doa kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa agar apa yang sudah dirintis beliau semakin berguna bagi kita yang ditinggalkannya. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa. Karena jasa-jasanya sangatlah berguna bagi kita. Apapun dan bagaimanapun bentuknya adalah suatu kelayakan bagi kita untuk mengenangnya. Bahkan sebagai penerus di Kompasiana ini adalah hal yang layak untuk dikenang sebagai contoh tauladan dalam kiprahnya di bidang jurnalistik.
Kompasaiana adalah amat sangat erat hubungannya dengan beliau. Sebagai Kompasianer, maka saya menulis kisah beliau ini apa adanya. Berhubung apabila saya menuliskan kisah-kisah beliau dengan tulisan yang panjang, maka saya khawatir kalau-kalau tulisan saya ini semakin tidak bermakna.
Mengapa saya katakan demikian ? karena siapapun orang yang sudah biasa berkecimpung di dunia jurnalis pasti akan mengetahui sepak terjang almarhum dalam keberadaannya di dunia jurnalistik tanah air.