Di Kp. Cijerah No.54, Desa Tanimulya, RT 02/ RW 03, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat ada seorang nenek bernama Iyen. Beliau berasal dari Cijerah Kota Bandung dan berumur 60 tahun. Beliau memiliki 4 anak dengan 10 cucu, Nek Iyen tinggal bersama suaminya yaitu Abah, keluarga anak ketiganya yaitu Neli, suaminya bernama Eri, dan 3 cucunya, serta anak terakhir Nek Iyen yaitu Dian.
Pada usia 60 tahun ini beliau masih sangat aktif dan sehat bugar dalam melakukan aktivitas, bahkan jika dilihat-lihat anak muda pun kalah dengan aktifnya Nek Iyen. Beliau selalu melakukan jalan pagi dari jam 6, senam jantung dengan teman-temannya, mengikuti pengajian di masjid, lomba dari pengajian di berbagai luar kota, memasak, olahraga tenis, dan olahraga badminton.
Terdapat kegiatan lain yang dilakukan Nek Iyen yaitu berjualan keripik peyek, cheese stick, dan jagung rebus manis di sekitar rumahnya, yaitu di Desa Tanimulya, RT 02/ RW 03, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. Beliau senang berjualan, jika ia diam maka tubuh beliau serasa ada yang kurang karena tidak melakukan kegiatan.
Bagi beliau ini adalah kesenangan untuk menikmati masanya di hari tua, dengan keaktifan dan ramahnya, beliau terkenal dari zaman dahulu di wilayah rumahnya, tidak ada yang tidak kenal dengan Nek Iyen seorang nenek yang sangat baik.
Pada pagi hari pukul 07.00, Nek Iyen sudah berjualan membawa 2 keranjang dengan 20 bungkus, beliau berjualan setiap hari. Isi keranjang beliau adalah Keripik Peyek, beliau menjual 1 bungkusnya Rp 5.000, tidak disangka keripik beliau bisa habis dalam sekejap dengan dari rumah ke rumah, beliau pulang ke rumah pun tidak melebihi dari jam 10, walaupun untungnya sedikit dan semisalnya jualan tidak habis, Nek Iyen tetap pulang ke rumah dengan wajahnya yang ceria dan baginya ini bukan masalah.
Kegiatan beliau saat pulang berjualan adalah membersihkan rumah dan memasak keripik untuk stock jualan keesokan harinya, walau beliau sedang sakitpun, ia tetap memaksakan untuk memasak keripiknya untuk dijual lagi esok hari, beliau memang memproduksi kerpiknya sendirian, packingpun sendirian, ia tidak dibantu oleh anak atau cucunya karena ia tidak ingin merepotkan.
Setiap beliau berjualan dengan berjalan kaki mengelilingi wilayah KP. Cijerah, pasti semuanya mengenal dan menyapa beliau. Beliau dikenal akibat kebaikannya dari zaman saat ia pertama kali tinggal di KP. Cijerah itu hingga sekarang. Sifat dan sikap Nek Iyen tidak berubah, tetapi dibalik kebaikannya itu beliau memiliki kesedihan yang ia tutupi selama ini.
Sebenarnya pada zaman dulu, Nek Iyen tidak harus berjualan seperti ini yang merasakan lelah untuk berjalan kesana kemari, dulu beliau dan suami pertamanya memiliki kekayaan yang berlimpah dan selalu berbagi kepada semua orang, beliau tidak lupa dengan tetangga-tetangganya, bahkan beliau sudah ditipu, disakiti, diacuhkan oleh seseorang yang tiba-tiba bermasalahpun ia tetap berbagi dan sayang kepada orang itu, tetapi semua keadaan berubah saat suami pertamanya meninggal, Nek Iyen ditipu dengan orang dan hartanya tidak kembali, beliau harus tetap menghidupi dan membahagiakan seluruh anak dan cucunya dengan sisa-sisa kekayaan yang ada, beliau tetap memberi kepada orang yang membutuhkan, maka dari situlah semua keadaan berubah, tidak mungkin jika manusia tidak ada rasa sedih, kecewa, dan marah. Beliau memilliki topeng yang sangat kuat dan hebat sekali.
Beliau memang mendapatkan uang dari anaknya, tetapi ia pun tetap memberi anak dan cucunya uang dari hasil penjualannya itu. Hasilnya memang sedikit tapi beliau tetap menyisihkan uang untuk anak dan cucunya yang banyak. Beliau tidak peduli mendapatkan hasil sedikit, asal anak dan cucunya tetap merasakan kebahagiaan dari beliau. Bagi Nek Iyen, "Umur hanyalah angka, tidak ada yang tahu kapan kita tiada, jika masih bisa dilakukan maka lakukanlah, kegiatan yang kita lakukan akan membuat kepuasan tersendiri untuk kita, kebaikan akan dibalas kebaikan."
Lelahnya beliau pasti terasa jika kita melihat langsung, betapa hebat dengan kuatnya beliau berjalan mengelilingi untuk berjualan setiap hari. Dari waktu ke waktu beliau selalu senyum. Senyum itu menyimpan arti yang dalam untuk Nek Iyen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H