Lihat ke Halaman Asli

Rami Insan A

mahasiswa

Mengatasi Dampak Pandemi Covid-19 terhadap pendidikan di Tasikmalaya

Diperbarui: 24 Maret 2021   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi Covid-19 telah mengubah keadaan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 telah melanda Indonesia sejak Maret 2020. Banyak peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mencegah terjadinya penyebaran virus korona, salah satunya diberlakukannya belajar daring.

SDN Tanjungbaru yang berada di daerah Tasikmalaya adalah salah satu yang mengikuti aturan dari pemerintah untuk belajar di rumah. Guru dan murid dituntut supaya menguasai teknologi guna berjalannya pembelajaran daring. Tentunya tidak akan lepas dari namanya teknologi seperti hp dan laptop. Selain itu membutuhkan jaringan internet yang bagus karena setiap aplikasi membutuhkan koneksi internet.

"Di SDN Tanjungbaru melakukan belajar online cukup susah karena di sini masih banyak orang tua siswa yang belum memiliki hp dan masih banyak juga yang belum mengerti hp. Mungkin karena di sini masih terbilang kampung, sehingga orang yang punya hp hanya orang tua siswa yang masih muda" Ujar Ibu Nur 12/03/2021 salah satu guru SD Tanjungbaru. Pembelajaran daring ini memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yang diberikan yaitu murid tidak perlu datang ke sekolah sehingga tidak perlu biaya tambahan.

Di sisi lain tentunya ada banyak dampak negatif terutama di daerah yang bisa dibilang belum semua murid menguasai teknologi apalagi di tingkat Sekolah Dasar, dampak negatif yang dirasakan oleh Guru dan Murid SD Tanjungbaru adalah tidak semua murid mempunyai fasilitas pembelajaran online, memiliki kuota dan masih banyak yang belum mengerti teknologi.

Dampak negatif selanjutnya adalah materi yang disampaikan oleh Guru kurang efisien dan kurang dimengerti oleh murid. Mungkin untuk beberapa daerah pembelajaran online ini tidak membuat masalah yang serius. Jika terus dibiarkan kualitas pendidikan di Indonesia akan terus menurun.

Mendengar kata pendidikan, ini berhubungan dengan tujuan Sustainable Development Goals, mempunyai tujuan ditahun 2030 yaitu untuk mengubah dunia. Kurang lebih dihadiri oleh 193 kepala negara, termasuk wakil presiden Indonesia yang turut mengesahkan Sustainable Development Goals pada waktu itu. Salah satu tujuannya adalah "pendidikan bermutu".

Dampak negatif pembelajaran online tantangan untuk merealisasikan tujuan Sustainable Development Goals yaitu pendidikan yang bermutu di Indonesia, karena banyak beberapa daerah tidak bisa melakukan pembelajaran online termasuk SDN Tanjungbaru. Dalam hal ini pemerintah harus lebih memperhatikan daerah-daerah tertentu yang belum bisa melaksanakan pembelajaran online secara baik.

Meskipun pembelajaran online masih dibilang belum efektif, pembelajaran harus tetap dilaksanakan, tidak bisa ditunda. Apalagi tingkat Sekolah Dasar untuk kelas 1, itu adalah awal mula mereka belajar menghitung dan membaca.  Ini juga dampak negatif pembelajaran online yang dirasakan oleh para murid SDN Tanjungbaru.  Jika permasalahan ini tidak diatasi oleh pemerintah apa mungkin tujuan Sustainable Development Goals untuk mencapai pendidikan yang bermutu akan tercapai.

Di Tasikmalaya terdapat daerah yang aman atau bisa dibilang zona hijau termasuk daerah tempat SDN Tanjungbaru ini. Dengan demikian Guru SDN Tanjungbaru mempunyai cara untuk mengatasi masalah saat ini yaitu dengan cara melakukan metode pembelajaran tatap muka tetapi tidak seperti biasanya. Pembelajaran tatap muka yang dilakukan di sekolah tidak lama seperti biasanya yaitu hanya kurang lebih satu jam yaitu dari jam 7 sampai jam 8, yang dilakukan satu jam ini adalah para Guru menjelaskan materi yang ada secara singkat kemudian langsung memberikan tugas kepada murid-murid untuk di kerjakan di rumah sehingga interaksi Guru dengan Murid tidak lama.

"Sebelum kami para guru melakukan metode belajar seperti ini, kami para guru sangat kesusahan untuk menyampaikan materi kepada siswa apalagi siswa yang masih duduk di kelas 1 dan 2 karena mereka masih butuh sekali bimbingan dari guru langsung. Akibatnya mereka selama kurang lebih 3 bulan belum mengerti apa-apa. Akhirnya kami melakukan rapat untuk membahas masalah ini" Ujar Ibu Nur 12/03/2021.

Sebelumnya kepala sekolah SDN Tanjungbaru telah meminta izin kepada pemerintah Desa setempat untuk melakukan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka yang dilakukan hanya 4 hari yaitu senin sampai kamis untuk menghindari banyaknya interaksi antar murid. Pemerintah Desa menyetujui usulan itu kemudian SDN Tanjungbaru melakukan pembelajaran tatap muka hingga saat ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline