Maraknya fenomena FOMO (Fear of Missing Out) yang beken disorot sosial media digadang-gadang adalah buah tangan, hasil dari gangguan mental berupa insecure.
Bagaimana FOMO yang merupakan fenomena negatif dalam unsur produktivitas dan kesehatan mental dapat tercipta dari sebuah fenomena yang dianggap kecil oleh masyarakat, berupa'insecure', serta efek domino apa yang disebabkan oleh keduanya?
Adaptasi dalam lingkungan yang menuntut produktivitas adalah sebuah fase yang pasti akan dialami seseorang beberapa kali dalam masa hidupnya.
Kesulitan dalam beradaptasi akan ditemui lebih banyak pada mobilitas sosial yang bersifat vertikal dibanding dengan mobilitas yang bersifat horizontal.
Hal ini dikarenakan, mobilitas vertikal menandakan perubahan drastis yang terjadi pada pelaku mobilitas tersebut, baik secara peningkatan kualitas status (climbing) atau penurunan kualitas status (sinking[ Soekanto 1980]).
Sedangkan mobilitas horizontal tidak menunjukkan perubahan status yang drastis atau signifikan.
Sekalipun begitu, di antara fenomena climbing mobility dan sinking mobility, tuntutan akan produktivitas jauh lebih banyak ditemui dalam climbing mobility.
Ambil saja contoh anak sekolah menengah atas (SMA) yang kini memasuki perkuliahan, mahasiswa magang yang kini menjadi pekerja tetap, atau karyawan biasa yang kemudian naik pangkat.
Tuntutan profesionalitas pun dibebankan lebih kepada mereka bersamaan dengan munculnya ekspektasi-ekspektasi baru.
Ketika mereka yang dihadapkan pada lingkungan baru ini kemudian dipaksa untuk beradaptasi sedemikian rupa, mereka tentunya akan mencari banyak sumber yang kemudian dapat dijadikan olehnya patokan-patokan tertentu.