Lihat ke Halaman Asli

Kopdar Kompasianer di Nyalindung Sukabumi Bag II (tamat)

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya kami ingin ke Salabintana, menikmati sunset dikaki gunung gede. Tapi karena jaraknya lumayan jauh,rencanapun kami urungkan. Untung kang iwan menawarkan kami untuk mengantar ke curug yang ada disekitar gua. Namanya Curug Bibijilan. Kamipun memutuskan untuk kesana walau gerimis mulai turun. Ternyata, jalan menuju ke curug Bibijilan tidak terlalu sulit. Bisa menggunakan motor atau mobil pribadi. Hanya perlu sedikit jalan kaki kebawah untuk menikmati keindahan curug. Berbeda dengan 2 curug yang pernah saya datangi sebelumnya di kabupaten sukabumi ini, yaitu curug sawer dan curug cibereum yag posisinya diatas. Curug bibijilan ini posisinya justru dibawah. Jadi bila hendak menikmati keindahan dan kesegaran air curug ini, kita harus turun kebawah melewati medan yang cukup sulit, karena jalanya berupa tanah dan batu yang licin, masih sangat alami. Belum terdapat anak tangga yang dibuat khusus sebagai akses menuju kali tempat jatuhnya air curug bibijilan ini. Dalam hati saya kagum juga, ternyata Mb yani, mb Ria, dan mb Yuli. Walau penampilan sangat feminim, tapi tak gentar menghadapi medan terjal dan licin. Air curug mengalir begitu deras, kare beberapahari terakhir hujan terus mengguyur wilayah ini. Pemandangan yang indah langsung menjadi target bidikan kamera mb Aryani yang terlihat serius mencoba mengambil gambar dari berbagai sisi. Berbeda dengan saya, walaupun sama-sama membawa kamera DLSR canggih, saya malah sibuk main air dan menitipkan kamera yang saya bawa pada kang Iwan. Itulah sebabnya kemampuan jeprat jepret saya tak kunjung berkembang.he.he. Sayangnya air dicurug ini tidak jernih, karena menggandung kapur , warnanya agak putih keruh, sehingga sedikit mengurangi minat saya untuk berlama lama bermain air dicurug. Dilokasi curug bibijilan ini, saya juga melihat banyak pipa air dan beberapa pompa besi yang menyemburkan air dan bersuara cukup keras. Menurut kang Iwan, pipa pipa ini digunakan untuk mengalirkan air kali kerumah2 warga dengan menggunakan pompa yang mengandalkan kekuatan arus air curug. Warga sekitar curug bibijilan tidak dapat membuat sumur bor dirumah rumah mereka karena desa ini berada diatas goa, yang masih menurut kang Iwan, dinding goa sangat keras, sehingga tak mampu tertembus oleh bor sumur biasa.Subhanallah. Puas bermain air, kami pun segera membersihkan diri di toilet yang tersedia. Karena hari sudah sore, kami pun memutuskan untuk pulang. Sayapun mengantarkan tiga sahabat kompasianer ini sampai naik angkutan menuju Bogor. Sampai jumpa lagi sobat, smoga tali silaturahmi kita terus terjalin erat. Salam kompasianer :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline