Lihat ke Halaman Asli

Pencuri Kupu-Kupu

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13416536181583370974

PENCURI KUPU-KUPU

Oleh: Ramdhani Nur


[caption id="attachment_199330" align="aligncenter" width="400" caption="Koleksi Baluran and Me"][/caption]


Filosofi kupu-kupu itu seolah memakan persasaannya sendiri. Ini mengingatkannya lagi pada kupu-kupu yang terbang bebas setelah terperangkap pada jebakan plastiknya. Kupu-kupu yang mencari bunga kebahagiaan, bersama siapapun dia akan menemaninya


Azizah berbegas mematikan pemutar MP3 di hand phonenya. Lagu Firework dari Katy Perry yang menghentak di telinganya ikut juga menghilang. Kepalanya kemudian melongok mengarah ke pintu kamar. Terbuka sedikit. Dari sana tadi suara ibunya menyelinap mengingatkan Azizah untuk shalat Ashar.

“Sudah, Ummiii!”

Sudah lewat pukul empat. Keterlaluan jika selarut ini shalat Ashar belum juga dikerjakan. Jika pun kebetulan Azizah benar-benar lupa, dia tetap akan menjawab sudah. Kemudian sembunyi-sembunyi mengambil air wudhu dan bershalat Ashar di kamar dengan pintu tertutup rapat. Akan menjadi bencana besar jika Aba sampai tahu kewajiban lima waktunya itu terlambat dikerjakan. Tak sampai dimarahi memang, tapi omelannya pasti akan terus terdengar sampai beberapa puluh menit kemudian. Ditambah rasa bersalah dan tak enak hati yang sepertinya akan baru hilang keesokan harinya.

“Sudah sore, lekaslah kau siram tanaman! Ummi lihat sudah ada adenium yang layu.”

Azizah merentangkan tubuhnya jauh-jauh. Pekerjaan sorenya siap menyambut. Tak pantas lagi dia bermalas-malas di dalam kamar. Lekas berdirilah ia mematut cermin, merapikan sedikit letak kerudungnya sampai terlihat pantas benar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline