Lihat ke Halaman Asli

Buang Hajat

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suber dari detik.com

[caption id="" align="alignnone" width="414" caption="suber dari detik.com"][/caption]

Hari ini Pak Bupati akan meresmikan WC Umum. Lima kabin yang sebagian terbuat dari tembok dan atapnya tertutup dari seng itu tampak gagah berdiri di dekat pinggir kali. Pak Bupati berulang kali manggut-manggut bangga atas hasil kerjanya. Ini bagian pengejawantahan atas aspirasi rakyat. Dua desa di pinggir kali ini sudah lebih dari 40 tahun selalu membuang hajat seenaknya di dari atas sana. Pada pagi hari tiba pastilah berjejer anak-anak orang tua, lelaki dan perempuan mengantri membombadir kali dengan bekas-bekas sisa makan semalam. Sungguh pemandangan yang menjijikan. Begitu Pak Bupati menangkap kesan kali pertama dia menempati rumah dinas barunya yang lataknya berhadapan dengan kali itu. Apa lagi ini sudah berlangsung lebih dari empat puluh tahun.

“Memalukan! Bagaimana jika Gubernur berkunjung kemari? Atau jika ada Bupati atau Walikota lain yang datang ke sini? Masa mesti disuguhi pantat?”

Pasti tidak! Untuk lima kabin yang biayanya tak sampai mencapai 50 juta ini rasanya keterlaluan jika sederet MCK saja tidak bisa dibangun. Kabupaten ini kaya kok! Baru saja minggu lalu seluruh anggota DPRD setempat mendapatkan jatah satu unit Blackberry Torch, untuk memangkas biaya berkirim pesan antar sesama anggota katanya . Hal yang pasti bikin keki jajaran Kepala Dinasnya. Entah dari mana anggaran itu berasal. Yang jelas total biaya sebesar 150 juta pun mengalir tanpa hambatan. Sungguh sangat terbukti bahwa Kabupaten ini tidaklah kere.

“Nanti kalau sudah siap diresmikan, undang semua TV! Kasih tunjuk kalau kita nggak sekedar bisa bagi-bagi BB, tapi juga WC!”

Dan memang benar, dua stasiun TV lokal dan beberapa wartawan dari media cetak ramai berkumpul di lokasi peresmian. Umbul-umbul terpasang berkibar. Pita warna-warni sudah diselempangkan sana-sini. Pejabat hierarkiah berderet dari ketua RT hingga Camat merenyah-renyah senyum sumringah. Lampu-lampu blitz mulai riuh ditembakkan pada Bupati yang gagah menuju titik peresmian. Pita siap digunting.

“Bismillahirrahmaanirrahim, dengan ini saya resmikan lima unit MCK bagi warga Desa Kapan Makmur dan Desa Mungkin Makmur untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Setelah ini saya minta tidak ada lagi yang buang hajat sembarang di pinggir kali.”

Cresss! Pita terpotong. Tepuk bergema. Sorak gempita. Selesai sudah! Tujuan telah tercapai. Imej dan kesan sudah terbentuk, bahwa Bupati kali ini peduli terhadap lingkungan dan rakyak di sekitarnya. Plus sebuah cara ampuh sebagai peredam atas isu miring sebelumnya. Merasa tuntas, Pak Bupati pun pulang ke kediaman tempat Dinasnya.

“Halah! Bau apa ini?” hidung Pak Bupati mengendus-endus mengarah pada pintu pagar dekat selokan jalan. Seonggok kotoran pecah terhempas aliran air menuju depan rumah kedian Pak Bupati. “Jancuk! Siapa yang berak di sini?”

“Saya, Pak!” polos seorang warga.

“Goblok! Kok masih berak sembarangan?”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline