Lihat ke Halaman Asli

The Story of Panjul and Mimin

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

rantai

"Hai, Jul! Baru pulang jam segini?"

"Yah...!" Panjul terduduk lemas di atas dus kotor. Tangannya terus menggaruk-garuk lehernya.

"Capek aku seharian bekerja."

"Ngelembur terusss? Bentar lagi bakal kaya kau!"

"Sialan kau, Min!"

Mimin terkekeh.

* * *

Panjul dan Mimin adalah dua sahabat. Mereka berasal dari desa Kalijaga suatu daerah di pantura. Sudah dua tahun mereka merantau ke ibu kota. Meninggalkan keluarga dan kerabat disana. Ah, sebenarnya meninggalkan bukanlah kata yang tepat. Mereka diculik dari keluarganya untuk dipaksa bekerja. Kejam memang. Tapi memang begitulah yang sering terjadi. Saudara-saudara dan teman-teman Panjul dan Mimin sudah lama menjadi korban. Mereka dilatih menjadi penghibur. Diajarkan menari dan beraksi. Jika sudah cukup mahir mereka sudah ditunggu majikan-majikan mereka untuk segera mencari rejeki di pinggir jalan. Mereka tak pernah mendapatkan apa-apa selain makanan dan tempat tingal yang sangat tidak layak. Mau apa lagi? Tak ada yang bisa diperbuat terhadap orang-orang yang serakah dan tak berperasaan ini. Seperti Panjul dan Mimin. Disinilah nasib mereka berujung.

* * *

"Aku jenuh kerja begini terus, Min!" seloroh Panjul menjelang waktu tidurnya. "Aku lelah tiap hari kerja siang malam kepanasan dan kedinginan. Aku benci terus diperintah melakukan ini itu. Aku bosan disabeti kalau aku malas dan melawan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline