Lihat ke Halaman Asli

Ramdan Hamdani

Praktisi Pendidikan dan Penulis

Sekolah Pasca Pandemi

Diperbarui: 18 Maret 2022   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernyataan Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Gehbreyesus serta pendiri perusahaan teknologi terkemuka Microsoft Bill Gates, menarik untuk kita cermati. Keduanya sepakat bahwa Covid -19 bukanlah pandemi terakhir di muka bumi. Dalam beberapa tahun mendatang, umat manusia di muka bumi kemungkinan besar akan kembali menemui kondisi sebagaimana kita hadapi saat ini. Adapun pertanyaan tentang kapan pandemi berikutnya akan terjadi serta bagaimana daya rusaknya, akan sangat bergantung pada sejauh mana keseriusan manusia dalam menyikapi perubahan iklim serta kesejahteraan hewan.

Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut, setidaknya ada dua pesan yang dapat kita tangkap. Pertama, kita tidak bisa memastikan kapan pandemi akan benar -- benar berakhir. Dalam konteks ini, para pemangku kebijakan di tingkat satuan pendidikan (kepala sekolah / pengurus yayasan) tidak semestinya hanya bersikap "wait and see" dalam menyikapi pandemi. Sebaliknya, menyiapkan berbagai skenario untuk  menghadapi tantangan -- tantangan di masa yang akan datang perlu dilakukan dalam rangka menyiapkan generasi unggul berdaya saing tinggi.     

Kedua, pandemi yang kita alami sejak dua tahun lalu tersebut bukanlah sekedar "bencana" yang perlu ditakuti. Pandemi dapat dipandang sebagai salah satu sarana untuk mempercepat transisi digital di berbagai bidang kehidupan manusia. Optimalisasi teknologi informasi di bidang pendidikan menjadi sebuah keniscayaan sebagai upaya untuk melahirkan berbagai inovasi  serta efisiensi. Artinya, di masa yang akan datang, sekolah dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dimana pemanfaatan teknologi informasi secara maksimal menjadi salah satu karakteristiknya.

Konsekuensinya, kegiatan pembelajaran di masa yang akan datang haruslah berbeda dengan pembelajaran yang saat ini kita jalankan. Kegiatan belajar antara 5 sampai dengan 6 hari per pekan (dari pagi hingga petang) sudah saatnya kita tinjau ulang. Pendekatan hybrid -- blended learning akan semakin dibutuhkan karena berbagai kelebihan yang ditawarkannya. Efisiensi biaya, waktu serta pengurangan polusi kendaraan merupakan sebagian kecil dari berbagai kelebihan yang dimaksud.

Bukan hanya itu, kehadiran teknologi metaverse dipastikan akan memberikan dampak yang luar  biasa bagi sekolah -- sekolah dalam beberapa tahun ke depan. Hadirnya ruang -- ruang kelas maya akan semakin mudah kita temukan di masa yang akan datang seiring massifnya pemanfaatan metaverse dengan teknologi Virtual Reality (VR) nya. Artinya, akan ada saatnya sekolah (terutama untuk jenjang SMP dan SMA) tidak lagi disibukkan dengan permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan ruang kelas secara fisik. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan di kelas -- kelas maya dan akan memberikan kemudahan bagi guru serta peserta didik.

Mengingat besarnya tantangan dunia pendidikan di masa yang akan datang, alangkah baiknya sekolah -- sekolah melakukan berbagai persiapan sejak dini. Literasi digital bagi peserta didik serta orangtua mereka sudah semestinya menjadi perhatian sekolah dalam upaya melahirkan generasi yang cakap digital. Banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh para pengguna internet sejatinya disebabkan oleh minimnya tingkat literasi digital di kalangan penggunanya.

Adapun orangtua diharapkan mampu bekerja sama dengan pihak sekolah dalam menyukseskan kegiatan pembelajaran berbasis teknologi informasi. Menyediakan perangkat digital yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran merupakan kewajiban setiap orangtua. Selain itu mereka juga perlu mengawasi penggunaan perangkat digital tersebut agar tidak terjadi hal -- hal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak, peningkatan kompetensi guru di bidang teknologi informasi juga hendaknya menjadi salah satu program prioritas sekolah. Penguasaan guru dalam mengoperasikan perangkat digital serta berbagai aplikasi pendikung menjadi kunci sukses terselenggaranya kegiatan pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dalah hal ini kesiapan sarana penunjang (perangkat keras) serta akses internet secara memadai merupakan hal yang tidak bisa ditawar -- tawar lagi. Kedua hal tersebut tentunya akan sangat bergantung pada good will dari pemangku kebijkan di tingkat sekolah maupun pengurus yayasan untuk menyediakan anggaran sesuia dengan kebutuhan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran aktif dari pihak sekolah, orangtua serta guru merupakan syarat utama suksesnya kegiatan pembelajaran di masa depan. Oleh karena itu, sinergi antara ketiga pihak tersebut harus terus dijalin dan dipertahankan.

(Tulisan ini Dimuat di Koran Pasundan Ekspres Edisi 18 Maret 2022)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline