Lihat ke Halaman Asli

Sulitnya Melupakan "Mantan"

Diperbarui: 27 Agustus 2018   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Lebih baik tak pernah mengenalmu daripada aku harus melupakanmu. Hirup mah peurih lurr !". Ungkapan tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak  tulisan bergambar (meme) yang biasa kita temukan di media sosial dan cukup disukai oleh para netizen. 

Tulisan semacam ini juga dapat dengan mudah kita temukan di bagian belakang truk atau bus antar kota, lengkap dengan gambar seorang wanita berpenampilan menarik. 

Bagi sebagian kalangan, tulisan tersebut mungkin hanya bentuk kegenitan atau keisengan sang sopir semata. Namun, bagi orang -- orang tertentu yang memiliki pengalaman hidup yang cukup berkesan dengan orang yang pernah mereka cintai, tulisan semacam ini tentunya bisa membuka luka lama.

Melupakan mantan kekasih memang merupakan satu hal yang cukup sulit untuk dilakukan, terlebih apabila kita memiliki pengalaman manis saat bersamanya. Masa -- masa indah saat berada disisinya tak akan pernah bisa dilupakan sampai kapan pun juga, sekalipun saat ini mungkin telah memiliki pendamping hidup masing -- masing. 

Tak hanya itu, saat kita meresa kecewa atau memiliki persoalan dengan pasangan hidup kita saat ini, mantan adalah salah satu orang yang sering kali terbersit dalam pikiran kita. Namun, kenyataan bahwa sang  mantan tengah hidup bahagia dengan pasangannya saat ini atau mungkin telah meninggalkan dunia ini merupakan hal yang cukup berat untuk dihadapi.

Kerinduan terhadap sosok sang mantan sebagaimana penulis gambarkan di atas memang bukan tanpa alasan. Mantan yang sulit untuk dilupakan tentunya adalah sosok yang selalu hadir di saat kita membutuhkannya. Memberikan perhatian penuh di saat kita tengah menghadapi kesulitan merupakan hal yang biasa ia lakukan saat dahulu menjalin hubungan. 

Tak hanya itu, sikapnya yang senantiasa berlapang dada saat kita memberi masukan dan tidak marah sedikit pun seakan memberikan kesan bahwa ia lah satu -- satunya orang yang pantas menjadi pendamping hidup kita. Akan tetapi kita pun pada akhirnya harus berbesar hati menerima kenyataan bahwa ia tidak ditakdirkan untuk bersama kita (selama -- lamanya). Yang tertinggal hanyalah kenangan manis nan indah saat masih bersamanya.

Tak jauh berbeda dengan tulisan yang tertera pada bagian belakang kendaraan sebagaimana penulis jelaskan pada paragraf pertama, tulisan berbunyi "Piye kabare ? Enak jamanku to?" pun menjadi salah satu tulisan favorit para sopir truk, lengkap dengan gambar mantan Presiden Soeharto yang tengah melambaikan tangannya. 

Namun, tulisan tersebut tentunya bukanlah bentuk keisengan sang pemilik kendaraan, melainkan suara hati  (sebagian) masyarakat yang menganggap kondisi pada masa pemerintahan Presiden Soeharto jauh lebih baik dibandingkan kondisi saat ini. Tulisan tersebut juga sekaligus merupakan "tamparan" sekaligus tantangan bagi pemerintahan saat ini yang (dianggap) gagal dalam merealisasikan janji -- janji politiknya untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Jika kita mengenang kembali masa-masa kecil kita beberapa puluh tahun silam, tulisan yang diidentikkan dengan pertanyaan almarhum Pak Harto tersebut memang ada benarnya. Penulis yang saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) merasakan betul bagaimana kondisi kehidupan masyarakat yang tidak terlalu sulit untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sekalipun penghasilan yang mereka dapatkan setiap bulannya tidaklah terlalu besar. 

Penulis sendiri berasal dari keluarga kurang mampu dimana ayah yang saat itu berprofesi sebagai penjual barang bekas di pinggir jalan harus bekerja keras menghidupi kelima anaknya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline