Lihat ke Halaman Asli

Ibarat Kereta Tanpa Tujuan

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Entah azab apa lagi yang akan diturunkan sang pencipta pada bangsa ini. Entah berapa banyak lagi generasi muda yang harus menjadi korban akibat tingkah polah para pemimpin kita. Disaat rakyat menjerit akibat harga kedelai yang makin tak tergapai, pemerintah malah rela menyediakan karpet merah untuk dijadikan tuan rumah dalam kontes pamer aurat sejagat. Dengan dalih untuk menarik wisatawan asing demi meningkatkan devisa negara, para pemimpin bangsa ini pun seolah menyambut ajakan kaum pemodal dengan tangan terbuka walau harga diri bangsa ini tergadai.

Entah pendidikan (karakter) macam apa yang ingin diberikan oleh para pemimpin bangsa ini kepada penerusnya. Istilah luhur “Toleransi Budaya” dan “Kebhinekaan” seolah diselewengkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menerima budaya luar yang jelas-jelas bertentangan dengan adat ketimuran dan norma agama. Ironisnya lagi semua itu dilakukan disaat Kemdikbud tengah “bertaruh nyawa” untuk memperbaiki moral generasi muda melalui implementasi kurikulum baru yang sampai saat ini menjadi kontroversi akibat banyaknya kekurangan dilapangan.

Apa yang dilakukan oleh para pemimpin kita tak ubahnya bagai masinis kereta api yang membawa gerbong penuh dengan penumpang tanpa arah dan tujuan yang jelas. Indonesia yang pada bulan September ini sejatinya merupakan tuan rumah kegiatan MTQ Internasional namun dalam saat yang hampir bersamaan menjadi tuan rumah ajang pemilihan ratu kecantikan sedunia (Miss World) menjadikan karakter bangsa Indonesia makin tidak jelas dimata dunia, religiuskah atau liberalkah ?

Apa yang kita alami saat ini ibarat sebuah keluarga yang sedang menggelar hajatan dengan mengundang artis berpakaian seksi untuk menghibur penonton diatas panggung. Namun saat pertunjukan selesai, tabligh akbar dengan mengundang ajengan kesohor pun digelar dipanggung yang sama dengan penonton yang sama pula.

Disisi lain para pengambil kebijakan pun terkesan ingin cuci tangan dengan membiarkan konflik horizontal yang terjadi dimasyarakat. Ketidaktegasan pemerintah dalam menyikapi ajang Miss World ini mengakibatkan pihak yang pro dan kontra berusaha untuk saling menghancurkan. Jika sudah seperti ini kekerasan secara fisik pun menjadi sesuatu yang sulit untuk dihindarkan.

Berdasarkan penjelasan diatas sudah saatnya pemerintah mengambil sikap tegas untuk menolak kontes kecantikan yang sangat bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia dan norma agama ini. Jika tidak, berbagai upaya untuk membangun karakter bangsa yang selama ini didengung-dengungkan oleh pemerintah akan menjadi sia-sia.

Ramdhan Hamdani

www.pancingkehidupan.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline