Lihat ke Halaman Asli

Guru Sebagai Kompas Moral

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seiring berkembangnya teknologi informasi yang begitu pesat, peran seorang pendidik pun secara perlahan mengalami pergeseran. Akses terhadap ilmu pengetahuan yang semakin terbuka lebar, membuat guru tidak lagi diposisikan sebagai orang yang serba tahu. Sebaliknya, di era digital seperti saat ini, guru lebih berperan sebagai pembimbing atau pun pengarah bagi peserta didiknya dalam berinteraksi dengan sesama. Tak heran apabila guru (di zaman modern) lebih tepat disebut sebagai kompas moral yang akan dijadikan acuan oleh siswa dalam mencapai tujuannya.
Bergesernya peran guru tersebut mendatangkan konsekuensi yang tidak sederhana. Perubahan paradigma belajar dimana guru tidak lagi menjadi tokoh sentral, hendaknya diikuti oleh perubahan pola kerja guru sesuai dengan tuntutan kurikulum yang baru. Dalam hal ini guru tidak lagi bertugas untuk mewariskan ilmu kepada peserta didiknya secara langsung, namun lebih berperan sebagai “jembatan” yang mengubungkan peserta didik dengan gudang ilmu yang hendak dikunjunginya. Selain itu guru pun berkewajiban untuk mengarahkan siswanya agar menggunakan ilmu yang dimilikinya hanya untuk tujuan yang baik.
Konsekuensi lain yang harus dipahami oleh setiap pendidik adalah mereka dituntut untuk mampu menjadi sosok yang patut diteladani oleh murid-muridnya. Berbagai ucapan, perbuatan serta kebiasaan yang dilakukan oleh seorang guru hendaknya mencerminkan karakteristik pendidik yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan setiap pendidik akan dijadikan role model oleh siswanya dalam bersikap. Dengan demikian baik atau tidaknya moral seorang guru, akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswanya.
Masih ditemukannya guru-guru yang memiliki kebiasaan buruk seperti merokok di dalam kelas, berkata-kata kasar ataupun jorok di sekolah maupun di media sosial patut kita sayangkan. Perilaku semacam ini bukan hanya menjauhkan pendidik dari kodratnya, lebih dari itu apa yang dilakukannya tidak mustahil menjadi “inspirasi” bagi siswanya untuk melakukan hal yang sama. Oleh karena itu apabila ada anak yang memiliki perilaku tidak baik, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah melakukan introspeksi terhadap gurunya.
Dengan memahami perubahan paradigma belajar sebagai konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta akibat diberlakukannya kurikulum baru, setiap pendidik diharapkan mampu memposisikan dirinya sebagai “penunjuk jalan” bagi murid-muridnya agar mereka tidak tersesat. Dengan begitu persoalan degradasi moral seperti yang saat ini dialami oleh generasi muda dapat diselesaikan secara perlahan.
Ramdhan Hamdani
www.pancingkehidupan.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline