Pemuka agama sekaligus ekonom. Sebuah kombinasi yang langka dalam diri Kyai Ma'ruf Amin (KMA). Di luar itu, ia adalah pribadi yang sangat bersahaja, akrab dan menghargai manusia sebagai mahluk Tuhan, tanpa dibatasi oleh suku, agama dan ras.
Ketika pertama kali berkenalan dengan KMA, saya membayangkan: bersalaman tanpa bersentuhan tangan, karena saya bukan muhrim dan berbeda agama. Itu adalah pemandangan keseharian yang kerap saya alami.
Kyai besar itu menggenggam erat tangan saya, tak bedanya seperti raja Arab bersalaman dengan Hillary Clinton atau Michelle Obama. Padahal saya bukan siapa-siapa, hanyalah rakyat kecil yang kebetulan ikut dalam kegiatan sosial untuk korban bencana alam Palu.
Isterinya pun, ibu Wury menjabat erat tangan saya, dan meminta saya tetap berada di sampingnya. Padahal baru sekejap berkenalan. Kesan yang saya tangkap, mereka sangat ramah dan bersahabat.
Berkenalan dengan kyai besar ini, pandangan saya tentang Islam sontak berubah. Yang selama ini kerap diperlihatkan oleh sebagian orang: keras, kaku, dan tidak bertoleransi, berubah menjadi sebaliknya lembut, supel dan sangat menghargai orang lain.
Dalam hati saya, orang ini pasti sanggup menjaga keanekaragaman budaya, agama, adat istiadat negeri besar ini. Joko Widodo tidak salah pilih menunjuk KMA sebagai calon wakilnya.
Di tengah hiruk pikuk persaingan dunia di segala bidang, terutama ekonomi dan teknologi, kehadiran KMA di garis depan akan mampu membawa Indonesia kian maju. Betapa tidak, KMA adalah ahli ekonomi syariah yang tidak ada duanya di dunia ini. Sistem ekonomi ini mulai di lirik oleh berbagai negara.
Memiliki KMA, Indonesia minimal untung dua kali. Bisa menjaga keanekaragaman dan bisa membangkitkan ekonomi. Belum lagi keuntungannya bagi kalangan mayoritas yang bisa mendudukkannya sebagai imam. Dengan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, KMA tentunya mampu membawa umat sejahtera dunia dan akhirat.
Oleh: Ramayanti Alfian Rusid S.Psi.,MM.Kom
*Penulis adalah pengamat sosial politik dan parapsikologi. Tinggal di Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H