Lihat ke Halaman Asli

Rama Yanti

Profesional dan penulis

Pembohong Tidak Gampang Mengembalikan Kepercayaan

Diperbarui: 5 Oktober 2018   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tolong... tolong... tolong...ada macan...," teriak seorang bocah laki-laki, sambil berlari ke dalam kampung dari arah pinggir hutan.

Sontak, seluruh penduduk kampung yang mendengar teriakan itu berhamburan keluar rumah, sambil membawa parang, tombak, atau apapun yang bisa mereka raih.

"Mana macannya...mana macannya!?" Seru seorang penduduk kampung lalu mencari macan itu ke segala arah. Tidak ketemu.

Lalu mereka memanggil si bocah yang tadi berteriak dan menanyakan, "Tadi dimana macannya?" 

Si bocah terdiam sejenak. Lalu menggeleng dan berkata, "Macannya tidak ada. Maaf saya berbohong."

Beberapa hari kemudian, si bocah berteriak keras bahkan sambil merintih, bahwa dia diterkam macan. Orang-orang yang mendengarnya terdiam saja. Mereka berpikir si bocah berbohong lagi. Padahal memang benar digigit macan sungguhan, bukan bohong. Bocah itu meninggal karena tidak ada yang menolongnya.

Itu sepenggal cerita rakyat dari sebuah buku yang saya baca di perpustakaan sekolah saat masih SD, sekitar tahun 1990. Saya lupa judulnya.

Pesan yang disampaikan dalam kisah itu adalah, janganlah berbohong karena akan sangat merugikan. Baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Bohong adalah memutarbalikkan fakta. Dalam  psikologi manusia diketahui bahwa kebohongan bisa dilakukan oleh satu orang, dua orang atau sekelompok orang untuk tujuan tertentu. Pada dasarnya semua orang bisa berbohong, tapi tidak semua orang mau berbohong. Dan tidak semua orang memiliki keterampilan berbohong. 

Dalam psikologi terapan, muncul ilmu baru yang bernama diteksi kebohongan. Sekarang diteksi kebohongan menjadi sebuah alat yang biasa digunakan oleh kepolisian, untuk mengungkapkan sebuah kasus.

Berbicara masalah kebohongan, kaitannya bisa sangat luas dan bisa melebar kemana-mana. Saya ingin mempersempit, sebatas dampak dari sebuah kebohongan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline