Dalam dua pemilihan presiden (Pilpres) terakhir 2014 dan menyongsong 2019, arus fitnah demikian deras mengalir, seperti diciptakan oleh sebuah pabrik dan didistribusikan melalui grup 'pasar' pesan elektronik seperti wa, telegram, signal private message dll.
Dari 'distributor' itu kemudian disebarkan ke pasar umum yang bernama media sosial (medsos). Ada juga yang menyebutnya sosial media (sosmed). Apapun namanya, tetap sama dan serupa. Ada tiga medsos yang paling populer: Facebook (FB), Twitter, dan Instagram (IG).
Di FB biasanya dilempar melalui grup dan akun pribadi. Umumnya akun palsu. Ada juga akun pribadi. Sementara di Twitter dan IG selalu melalui akun pribadi, tetapi umumnya palsu alias bodong. Di Twitter biasanya diretweet berulang-ulang, kadang oleh akun palsu kadang juga akun asli oleh para buzzer. Begitu juga di FB dan IG dibagikan berkali-kali. Juga dalam bentuk brosur dan barang cetakan lainnya seperti Obor Rakyat.
Selain dibagikan berkali-kali juga digoreng berkali-kali dengan berbagai macam wadah, oleh orang yang sama, kadang juga oleh orang yang berbeda. Orang yang agak bodoh, lalu fitnah itu dimodifikasi dalam bentuk narasi atau gambar. Kemudian berujung di penjara.
Mesin pembuat fitnah atau pabrik fitnah itu, seperti hantu. Ada tapi tidak terlihat. Yang terasa adalah hasil kerjanya dan korbannya. Sang korban kemudian menyesal setelah ditangkap polisi, karena memenuhi syarat pelanggaran undang-undang.
Saya amati, umumnya yang terkena fitnah adalah Joko Widodo (Jokowi) dan orang-orang yang terkait atau diasumsikan terkait dengan Jokowi. Seperti misalnya fitnah yang menyebutkan Jokowi adalah PKI. Yang kemudian diluruskan oleh Jokowi dengan ucapan, "Masa ada PKI balita."
Belakangan muncul fitnah di medsos bahwa Jokowi tidak memiliki asal usul keturunan yang jelas. Dan dibumbui bahwa Jokowi tidak berani melakukan test DNA. Juga difitnahkan bahwa ibunda Jokowi adalah PKI.
Fitnah lainnya, adalah pemerintahan Jokowi menyediakan 10 juta lapangan kerja untuk tenaga kerja asing yang berasal dari China. Padahal dalam janji kampanyenya tenaga kerja 10 juta itu untuk rakyat Indonesia. Sudah berkali-kali dibantah oleh pemerintah. Tetapi tetap dihembuskan terus dan 'digoreng' berulang-ulang.
Ada ribuan fitnah yang bertebaran di medsos. Dan celakanya, ada yang mempercayainya dengan memberikan komentar, seolah-olah itu benar. Lalu digiring.
Kemudian terkait dengan maraknya tagar #2019GantiPresiden, yang menimbulkan gejolak di dalam masyarakat di sejumlah daerah, antara lain di Surabaya dan Pekanbaru, muncul fitnah baru, bahwa akan terjadi pembunuhan secara acak yang digerakkan oleh seorang jenderal bintang empat. Jenderal yang difitnah itu adalah Jenderal (purn) AM. Hendropriyono.
Fitnah yang dihembuskan di Twitter oleh akun @detektifupin pada 27 Agustus 2018 itu, menyebutkan, "Malam ini akan ada rapat tertutup antara Hendropriyono dan Ka Bin di kalibata | jenderal merah pendukung Jokowi sedang rencanakan pembunuhan secara acak pemakai kaos #2019GantiPresiden untuk memancing amarah massa | waspadai pancingan Chaos tingkat tinggi | *invovalid".