Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan tahir

Membaca ,menulis, berbicara

Tokoh Muda Alkhairaat: Pentingnya Menafsir Ulang Kepahlawanan Guru Tua

Diperbarui: 22 November 2021   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Palu, - Tokoh Muda Alkhairaat Mohammad Sadig Alhabsy mengatakan Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri atau Guru Tua adalah pribadi yang memiliki semangat, pemikiran, dan aktivitas dalam bidang pendidikan, sosial, dan dakwah yang melintasi zaman.

"Tugas kita untuk menafsirkan warisan Guru Tua agar sesuai dengan konteks hari ini," katanya sebagai narasumber di kegiatan diskusi Online dengan tema Menakar Eksistensi Alkhairaat di Masa Depan dari Sudut Pandang Tokoh Muda Alkhairaat, Sabtu (20/11/2021).

Menurut Sadig menyuarakan pentingnya memberikan makna baru mengenai Guru Tua dan Alkhairaat bukan baru kali ini.

"Yang berbeda, saat ini saya menggunakan media kekinian, streaming youtube dengan format dialog," paparnya.

Ia mengaku dialog seperti itu, akan diadakan secara kontinyu dalam beragam topik, dari beragam sudut pandang, dalam konteks semangat kepahlawanan Guru Tua dan Kealkhairatan, bukan hanya di Sulawesi Tengah, melainkan Indonesia dan dunia Internasional.

"Sebagai organisasi terbesar di Indonesia bagian tengah dan timur, sudah saatnya Alkhairaat memberikan sumbangsih pemikiran bagi kemajuan bangsa dan dunia Islam pada umumnya," harapnya.

Sebagai organisasi menurutnya, modal kekuatan jaringan madrasah dari kota hingga desa, waktunya Alkhairaat bergerak lincah untuk selalu selaras dengan semangat Islam yang 'shalih likulli zaman wa makan'.

"Oleh karena itulah, kita perlu melihat dan merumuskan kembali jadi diri kita," tuturnya.

Ia mengatakan lembaga pendidikan yang dikelola oleh Alkhairaat besar secara kuantitas, dari aspek jumlah, namun belum dari aspek kualitas.

"Kita belum melihat satupun lembaga pendidikan di dalam lingkungan Alkhairaat, mulai dari PAUD hingga Universitas yang dijadikan contoh bagi lembaga pendidikan lainnya. Boleh jadi ada yang belum sesuai dari cara kita mengelola kekuatan lebih dari 1500 cabang madrasah," katanya.

"Berkaca pada Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (Maarif) yang memberikan keleluasaan kepada setiap warganya untuk mendirikan madrasah atas nama mereka, tanpa banyak ikut campur," tambahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline