Lihat ke Halaman Asli

Praktik Stoicisme, Membedakan Antara Fortuna vs Virtue Untuk Menjadi Sarjana Unggul dan Profesional

Diperbarui: 21 September 2024   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PPT Modul Dosen : Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Di tengah era globalisasi dan persaingan ketat di dunia pendidikan dan profesional, mahasiswa sering kali dihadapkan pada berbagai tekanan. Dari tuntutan akademik, persiapan karier, hingga tantangan pribadi, perjalanan untuk menjadi sarjana unggul dan profesional yang kompeten tampaknya semakin menantang. Banyak dari mereka yang merasa terbebani dengan standar kesuksesan yang tinggi, ditambah lagi dengan ketidakpastian yang sulit diprediksi di masa depan. Dalam konteks ini, filosofi Stoicisme menawarkan pendekatan yang relevan untuk mengelola tantangan tersebut.

Stoicisme menawarkan cara pandang yang mendalam tentang bagaimana menjalani hidup dengan bijaksana, bukan dengan mengandalkan hal-hal eksternal, tetapi dengan berfokus pada kontrol diri. Dalam konteks mencapai keberhasilan akademis dan profesional, perbedaan antara Fortuna (nasib) dan Virtue (kebajikan) menjadi sangat relevan.

Salah satu aspek utama dari Stoicisme adalah membedakan antara hal-hal yang berada di bawah kendali kita dan hal-hal yang berada di luar kendali kita. Ini dikenal dalam istilah Stoik sebagai perbedaan antara Fortuna dan Virtue. Dengan memahami dan mempraktikkan perbedaan ini, mahasiswa dapat menemukan cara yang lebih bijaksana untuk menghadapi tantangan akademik dan profesional, dan pada akhirnya menjadi individu yang tangguh dan unggul.

Mengapa Konsep Fortuna dan Virtue Penting?

Fortuna: Hal-hal di Luar Kendali Kita

Fortuna, dalam Stoicisme, merujuk pada segala sesuatu yang berada di luar kendali kita. Ini bisa mencakup kejadian tak terduga, nasib, keberuntungan, atau keadaan eksternal yang tidak dapat kita kendalikan. Dalam konteks akademik, Fortuna mencakup berbagai faktor eksternal yang memengaruhi perjalanan pendidikan mahasiswa, seperti kesehatan, perubahan kebijakan pendidikan, atau bahkan perkembangan teknologi yang mengubah tren industri di masa depan. Dalam banyak kasus, mahasiswa mungkin merasa frustrasi ketika mereka menghadapi hal-hal yang berada di luar kendali mereka, terutama ketika hasil yang diinginkan tidak sesuai harapan.

Virtue: Kebajikan yang Dapat Kita Kendalikan

Di sisi lain, Virtue menggambarkan kualitas moral yang sepenuhnya berada di dalam kendali kita, seperti kebijaksanaan, keberanian, keadilan, dan pengendalian diri. Ini adalah karakteristik yang dapat dikembangkan dan diperkuat melalui usaha dan latihan. Dalam Stoicisme, Virtue adalah pusat dari hidup yang baik. Stoik percaya bahwa kebahagiaan dan kepuasan sejati tidak berasal dari hal-hal eksternal seperti kekayaan atau kesuksesan duniawi, melainkan dari pengembangan karakter moral yang kuat.

Mengapa perbedaan ini begitu penting untuk mahasiswa? Karena banyak dari mereka terlalu fokus pada hasil akhir, seperti nilai, pekerjaan, atau pengakuan sosial, yang sebenarnya sering berada di luar kendali mereka. Dengan memahami bahwa Fortuna adalah sesuatu yang tidak bisa diatur, mahasiswa dapat belajar untuk melepaskan kekhawatiran yang berlebihan terhadap hasil dan lebih fokus pada proses, yaitu mengembangkan diri melalui Virtue. Ini bukan hanya akan membantu mereka menghadapi tantangan dengan lebih bijaksana, tetapi juga menciptakan fondasi yang kuat untuk keberhasilan jangka panjang, baik dalam kehidupan akademik maupun profesional.

Pentingnya Stoicisme dalam Kehidupan Mahasiswa (WHY)

Tekanan untuk berprestasi secara akademik adalah salah satu masalah utama yang dihadapi mahasiswa di seluruh dunia. Sistem pendidikan modern sering kali menekankan pada hasil dan prestasi kuantitatif seperti nilai ujian, IPK, atau penghargaan akademik. Akibatnya, banyak mahasiswa merasa stres dan tertekan karena harus bersaing dengan sesama mahasiswa untuk mendapatkan nilai terbaik. Mereka khawatir gagal dalam ujian, tertinggal dari teman-teman sekelas, atau tidak mampu memenuhi ekspektasi orang tua dan dosen.

Filosofi Stoik membantu mahasiswa memahami bahwa tekanan tersebut, dalam banyak hal, adalah hasil dari fokus yang salah. Alih-alih terlalu khawatir tentang hasil yang berada di luar kendali mereka (Fortuna), Stoicisme mendorong mahasiswa untuk fokus pada tindakan dan usaha yang dapat mereka kendalikan (Virtue). Misalnya, alih-alih cemas tentang apakah mereka akan mendapatkan nilai A dalam ujian, mereka sebaiknya fokus pada bagaimana mereka belajar, berapa banyak waktu yang mereka alokasikan untuk mempersiapkan diri, dan bagaimana mereka dapat mengelola waktu dengan lebih efektif. Dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang dapat mereka kendalikan, mahasiswa dapat mengurangi stres dan kecemasan yang tidak perlu, serta menjadi lebih efisien dalam mencapai tujuan akademiknya.

Pengaruh Fortuna Terhadap Kegagalan dan Kesuksesan (WHY)

Setelah lulus, mahasiswa dihadapkan dengan tantangan baru dalam bentuk dunia kerja yang dinamis dan tak terduga. Mereka harus bersaing dengan ribuan lulusan lainnya untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, dan setelah masuk ke dunia kerja, mereka harus terus beradaptasi dengan perubahan teknologi, ekonomi, dan tren industri. Dalam konteks ini, Fortuna memainkan peran yang sangat besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline