Lihat ke Halaman Asli

Rama

Penulis merupakan pengamat sastra dari pulau Ra'as

Merawat dengan Kata Sabar

Diperbarui: 17 Juni 2023   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Tidak ada yang bisa kuperbuat selain menerima

dan segenap keputusan yang telah kau berikan membuat hatiku gusar

hingga seringkali menikam dada sendirian


Mereguk sebuah ingatan cinta, ada hal paling mendominasi dibibir hati, segenap luka terperangkap dengan hembusan nafas paling sesak, memulihkan Kembali nuansa birahi pada sudut mata yang berkaca, pelan-pelan menyusuri kehebatan dan ketebalan jiwa, merangkap hal-hal sakit menjadikanya sebuah ulangan terhadap diri yang masi memaniskan sebuah pengharapan.

            Rumus dunia tidak pernah salah, semua berjalan sebagaimana mestinya, luka tidak selamnya mengurung sakitnya, begitupun bahagia tidak seterusnya memelihara senyumnya, ini bukan kehebatan semesta, melainkan cara-cara pijakkan diri untuk kerap berhati-hati dengan apa yang kita pilih. Hal paling rumit ketika kita dihadap dengan misteri fikiran dan hati, nyaris semua pelaku tidak pernah memelintir alasanya menghadapi perselihan semacam peperangan paling serius antara hati dan fikiran, cuman terkadang kita sering terjabak pada palihan-pilahan, hingga ego lebih memuari dari kata sadar yang pada akhirnya penyesalan kita terima dari pada perayaan bahagia.

            Tidak mudah menjadi manusia bijaksana, tidak cukup bermodal percaya begitu saja, kita butuh sandaran terhadap realitas bagaimana dia bekerja terhadap manusia, hingga mencuri ilmu untuk meminimalisir kehancuran adalah hal paling penting dari pada tidak mempersiapkan sama sekali. paling tidak kita terluka bukan lantaran cara-cara orang lain, melainkan cara diri kita sendiri yang kekecewaanya tidak begitu merobek dan menyakitkan.

            Kini telah hadir sebagaimana diriku dilanda dalam sebuah kehancuran, tidak terbayangkan akan sesakit ini, menerima segenap peristiwa paling sakit, adalah kebiasaan air mata membajiri semesta hidupku. Mengenal tentang berbagi dalam sebuah hubungan memang tidak bisa prediksi dalam penanggalan, kita hanya bisa melempar banyak kinginan tanpa memikirkan bagaimana menghapi ketidak mungkinan, kita hanya disibukkan pada hal-hal manis untuk terus berkeliaran tanpa henti, hingga pada akhirnya kita terjebak dalam satu keadaan, dimana kita memilih persimpangan dilajur perbedaan.

            Tidak ada yang bisa kuperbuat selain menerima, dan segenap keputusan yang telah kau berikan membuat hatiku gusar, hingga seringkali menikam dada sendirian, padahal kisah yang telah tenggelam bukan semata-semata karena diriku, melainkan ada campur tangan paling hangat dari hidupmu, namun entalah mengapa kau meninggalkan segala kedaan dan dilimpahkan begitu saja, tanpa ada belas kasih untuk melihat diriku bagaimana cara menerima luka. Padahal mati-matian kusanjung dirimu untuk menjadi kekasih sehidup semati, tetapi mengapa dirimu malah memilih pergi, bukanya kau telah berjani untuk tidak meninggalkan diriku dalam kedaan terperuk dengan sakitnya, lantaran kesetian akan selalu kau berikan pada setiap peluk ketika hujan melanda semesta, nyatanya itu hanya perediksi ketika dirimu merasa paling banyak memberi kepada diriku, hingga hal-hal ketidak mungkinan kamu yekinkan dengan bahasa-bahasa kesetiaan. yang pada akhirnya kau meludahi sendiri dengan cara-cara paling sakit, dan memuntahkan segenap tangis seolah menjadi orang paling sedih, kemudian berhadap diriku merelakan semua ini.

            Tidak ada orang yang benar-benar kuat merelakan manusia yang paling kita cintai hilang dari pandangan, bahkan nyaris mereka siap kehilangan nafasnya pada setiap hembusan untuk merawat dan memelihara kisah cintanya, begitupun diriku kepada dirimu, walaupun seringkali kau menitipkan pisah disetiap temu paling manja, aku hanya bisa tersenyum seolah semua itu hanya bagian dari canda dan tawa, meskipun nyatanya benar-benar kau sampaikan dengan sangat berharap kepada diriku untuk menghapus segalanya.

            Aku tahu, bahwa dalam setiap jiwa dan hati manusia akan menerangkan sesuatu paling baik dalam diri kita, dan niat baik dari seseorang tidak akan berubah menjadi buruk untuk kita terima, tapi sayang kini dunia menjelaskan dengan sendirinya, bahwa manusia ternyata hidupnya dinamis atau berubah-berubah, dengan begini maka kita tidak bisa memprediksi kapan sifat kejam dan paling menyakitkan akan hadir kemudia kita terimah dengan lapang.

            Maka satu-satunya cara untuk kita lakukan adalah menerima kenyataan dengan tawa paling menyenangkan, kita tidak bisa memaksakan pilihan orang lain untuk kita rubah dan menyesesuaikan dengan apa yang kita mau, dan dengan posisi ini aku tidak ingin menjadi manusia paling egois dalam menyikapi satu hal yang telah kamu berikan, aku ingin kembali menerima diri dengan segumpalan rasa sakit untuk diperbaiki satu persatu, paling tidak denganmu aku tahu bahwa di dunia tidak ada rumus lain, kecuali mencintai diri sendiri untuk orang-orang tarbaik dikemudian hari.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline